Slawi – Pramuka merupakan salah satu elemen perekat NKRI. Pramuka harus bisa dijadikan contoh dalam kehidupan sehari-hari, seperti yang tercantum dalam 10 Dasa Dharma Pramuka.
Hal tersebut disampaikan oleh Gubernur Jateng, Ganjar Pranowo, saat menjadi inspektur Upacara Peringatan Hari Pramuka ke-57, di Bumi Perkemahan Martoloyo, Desa Suniarsih, Kecamatan Bojong, Jumat (21/08/2018).
Disampaikan Ganjar, menjelang tahun pemilu 2019, meminta pramuka menjadi garda terdepan dalam mewujudkan pemilu yang tertib dan damai.
“Pramuka harus dapat menjadikan contoh, dalam hal berpolitik. Jangan menyebar berita hoax , bahkan fitnah,” ujar Ganjar.
Ia menghimbau agar pramuka menjadi pengawal, pengawas serta contoh bagi masyarakat disekitarnya. Mengedepankan kerukunan, mengingatkan siapapun baik di dunia nyata maupun dunia maya sehingga terhindar dari penyelewengan.
“Saya dengar dari Bupati Tegal, bahwa sebentar lagi di Kabupaten Tegal akan diadakan Pilkades serentak. Saya tugasi kalian untuk menjadi agen perdamaian di masing-masing daerah,” tegasnya.
Pramuka adalah generasi yang luar biasa, pramuka harus menjadi pionir yang mempunyai harapan dan masa depan yang besar. Berikan contoh-contoh yang baik serta positif di lingkungan manapun.
Tak lupa Plt. Bupati Tegal, Umi Azizah, mengucapkan selamat datang kepada tamu undangan yang sudah berkenan hadir. “Terimakasih atas dipilihnya Kabupaten Tegal sebagai tuan rumah Peringatan Hari Pramuka ke-57 ini,” ucap Umi.
Umi berharap, dalam peringatan ini, dapat meningkatkan peran pramuka sebagai perekat NKRI. Hal ini tercermin pada serangkaian kegiatan Perkemahan Satuan Antar Karya atau Peransaka yang digelar selama enam hari berturut-turut. Mulai dari tanggal 16 hingga 21 September 2018 sebagai bagian dari peringatan Hari Pramuka ke-57.
Untuk itu, Gerakan Pramuka harus menjadi teladan, menjadi contoh gerakan perubahan. “Menjadi pelopor perwujudan nilai-nilai integritas, nilai-nilai kesatuan, tata krama dan budaya saling menghargai,” ujarnya.
Usai upacara, Ganjar mendapat hadiah kenang-kenangan berupa lukisan bergambar banteng menerjang harimau dari Ketua Himpunan Pandu dan Pramuka Wreda (Hipprada) Tegal, Syamsuri.
Menurut Syamsuri, arti dari lukisan itu adalah rawe-rawe rantas, malang-malang putung. “Semoga Jateng dan Indonesia terhindar dari suatu kejahatan yang merusak pancasila,” papar Syamsuri.
Discussion about this post