Bogor – Bertepatan dengan Hari Tani Nasional, Bupati Tegal Umi Azizah dan Rektor Intitut Pertanian Bogor (IPB) University Arif Satria tandatangani nota kesepahaman (MoU) terkait pengembangan sektor pertanian. Penandatanganan dilakukan di Kampus IPB Dramaga hari Selasa (24/9) sore tadi.
Lewat sambutannya Arif mengatakan bahwa kerjasama dengan pemerintah daerah diperlukan agar proses transformasi melalui transfer pengetahuan dan inovasi teknologi pertanian, peternakan dan perikanan bisa berjalan lebih efektif. Pemda memiliki dukungan tenaga penyuluh yang paling dekat hubungannya dengan petani dan peternak.
Menurut Arif, skema kerjasama keduanya akan memudahkan penumbuhan klaster dampingan di daerah, mulai dari pengembangan klinik tanaman hingga Sekolah Peternakan Rakyat (SPR). “SPR yang dikembangkan IPB tidak hanya membangun sistem peternakan efektif, tapi juga sudah mengadopsi teknologi 4.0”, katanya.
Arif yang asli Kota Pekalongan ini menuturkan bahwa dirinya memiliki histori tersendiri dengan Tegal. Pasalnya, semasa sekolah dasar dan menengah ia pernah bercita-cita menjadi atlet bulu tangkis dan sering bertanding di Banjaran dan Slawi. “Banyak kenangan, sehingga satu saat nanti saya akan datang dan berkunjung ke Tegal sambil meninjau kegiatan KKN mahasiswa IPB”, ujarnya.
Menanggapi kerjasama ini, Bupati Tegal Umi Azizah memberikan apresiasinya. Umi mengungkapkan jika tumbuhnya minat dan semangat petani di Bojong dan Bumijawa untuk kembali menanam bawang putih tidak terlepas dari peran pendampingan IPB bersama Bank Indonesia.
Umi yang hadir bersama Sekda dan sejumlah kepala OPD ini berharap, melalui kerjasama tersebut pertumbuhan sektor pertanian, kehutanan dan perikanan bisa lebih tinggi lagi. “Saat ini pertumbuhannya terendah dibandingkan 16 sektor lainnya, hanya 1,44 persen di tahun 2018 lalu, padahal Kabupaten Tegal termasuk wilayah agraris”, katanya.
Umi menambahkan, kerjasama dengan IPB yang sudah berjalan 15 tahun melalui kegiatan KKN bisa lebih diperluas lagi. Program kegiatan yang akan dikerjasamakan nantinya, lanjut Umi, harus adaptif dan responsif menjawab isu permasalahan yang ada. “Terlebih pertanian kita dihadapkan pada sejumlah tantangan yang tidak ringan seperti perubahan iklim, fluktuasi harga, meningkatnya kebutuhan ruang industri dan permukiman, hingga regenerasi di kalangan masyarakat petani”, katanya.
Kondisi konsumsi domestik yang tinggi, imbuh Umi, juga harus diimbangi dengan produktifitas hasil pertaniannya untuk mencapai swasembada pangan, dan perlahan menggeser dominasi pangan impor seperti gula, daging sapi, dan bawang putih. “Jika dilihat rata-rata total pengeluaran per kapita per bulan dari 1,4 juta jiwa penduduk Kabupaten Tegal tahun 2018 lalu, 52,78 persen-nya habis digunakan untuk konsumsi makanan, sehingga penguatan pangan lokal sangat diperlukan”, jelasnya.
Di Kampus ini Umi juga sempat berdialogi dengan mahasiswa IPB yang tergabung dalam Ikatan Mahasiswa Tegal (IMT) setelah sebelumnya sempat mengunjungi Mal Pelayanan Publik Graha Tiyasa milik Pemkot Bogor.
Discussion about this post