Kedungbanteng – Progres pengerjaan proyek Remedial Bendungan Cacaban kini sudah mencapai 56 persen. Sejumlah perkerjaan di dalamnya yang mencakup pengamanan struktur konstruksi tubuh bendungan, perbaikan spillway, pengerukan sedimen dan penataan kawasan wisata ini ditargetkan akan rampung seluruhnya bulan Januari 2022. Informasi ini disampaikan perwakilan PT Sumber Karsa Indah Utama (SKIU) Widodo selaku pelaksana konstruksi saat ditemui di lokasi proyek, Kamis (15/04/2021).
Widodo menguraikan, proyek remedial ini mencakup tiga lokus yang meliputi penataan kawasan wisata, pengamanan tubuh bendungan dan bangunan pelimpah atau spillway. Adapun pengerjaannya akan berlangsung selama 450 hari kalender dengan jangka waktu pemeliharaan 180 hari kalender.
Pada lokus penataan kawasan wisata ini, lanjutnya, warga pengunjung akan bisa menikmati sejumlah fasilitas dan utilitas seperti gardu pandang, sentra oleh-oleh, jogging track, pujasera, mushola, toilet, dermaga dan taman bermain.
“Kiranya bangunan gardu pandang ini akan menjadi icon menarik di Cacaban. Dengan ketinggiannya yang mencapai 5,5 meter, dari sini warga pengunjung bisa menikmati lansekap pemandangan lepas bentangan air Waduk Cacaban dengan pulau-pulau kecil di tengahnya,” katanya.
Ditanya soal kendala pengerjaan proyek, Widodo mengaku tidak ada kendala berarti selain cuaca hujan yang lebih panjang dari perkiraan. Kondisi hujan seringkali memaksa pihaknya harus menghentikan sementara pekerjaan konstruksi demi keamanan dan keselamatan para pekerja.
Sementara itu, di tempat yang sama, pengawas dari Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) Pemali-Juana Direktorat Jenderal Sumber Daya Air Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) Kuswandi menambahkan jika pengerjaan proyek remedial ini melibatkan 300 orang tenaga kerja.
“Total jumlah pekerja di sini ada sekitar 300 orang, dimana 70 persennya berasal dari warga sekitar Waduk Cacaban. Dalam bekerja, mereka pun selalu kita pantau, mulai dari penerapan protokol kesehatan seperti pengukuran suhu tubuh hingga penggunaan alat keselamatan kerja. Di tengah situasi pandemi ini tentunya kita tidak ingin ada penularan Covid-19, sehingga risiko itu kita minimalisir, ” katanya.
Kuswandi menambahkan jika proyek Remedial Bendungan Cacaban senilai Rp 38,3 miliar ini termasuk dalam skala prioritas Proyek Peningkatan Operasional dan Keselamatan Bendungan Tahap 2 atau Dam Operational Improvement and Safety Project (DOISP2).
Usia Bendungan Cacaban sudah terbilang tua, sekitar 62 tahun sejak pertama kalinya beroperasi tahun 1958. “Melihat usianya ini, keberadaan bangunan bendungan menyimpan potensi bahaya besar sehingga harus dilakukan remedial, termasuk pengerukan sedimen yang diperkirakan mencapai volume 14 ribu meter kubik,” ujarnya.
Disinggung soal sulitnya mendapatkan informasi dan akses masuk ke lokasi proyek ini, Kuswandi membantah tudingan tersebut. Ia menjelaskan jika pihaknya tidak menghalangi siapa pun untuk masuk dan meninjau lokasi proyek sepanjang ada surat izin dan rekomendasi dari BBWS Pemali-Juana.
“Jadi, jika ada kepentingan ke sini harus mengajukan izin terlebih dahulu ke BBWS mengingat proses pekerjaan sedang berlangsung dan segala risiko bisa saja terjadi. Sementara, kami dibebani tanggung jawab menjaga keamanan dan keselamatan kerja mereka yang ada di sini, termasuk nantinya tamu yang datang berkunjung. Sedangkan untuk informasi pekerjaan sudah ada papan informasi proyek. Adapun untuk informasi lainnya seperti nilai proyek dan pemenang lelang pekerjaan konstruksi ini, publik bisa mengaksesnya melalui laman LPSE (Layanan Pengadaan Secara Elektronik) Kementerian PUPR,” ungkap Kuswandi. (AD)
Discussion about this post