Slawi – Penyelarasan kurikulum pendidikan vokasi pada lembaga SMK untuk memperkuat link and match-nya dengan dunia industri sangat diperlukan. Terlebih badai pandemi Covid-19 lalu telah banyak merubah lansekap ketenagakerjaan, mempercepat proses konversi tenaga kerja jasa dan industri menjadi lebih bergantung pada penggunaan kecerdasan buatan atau artificial intelligence.
Pernyataan tersebut disampaikan Bupati Tegal Umi Azizah saat membuka acara Peluncuran Nota Kesepahaman dan Penyelarasan Kurikulum Industri dan Dunia Kerja SMK Binaan Forum Silaturahim dan Komunikasi Kepala Sekolah Maarif (FSKKSM) Kabupaten Tegal, di Aula SMK NU 1 Slawi, Senin (20/12/2021).
Umi memandang, upaya penyelarasan kurikulum sekolah vokasi agar sesuai dengan kebutuhan dunia usaha dan dunia industri sangat penting. “Ibarat operating system pada ponsel kita, maka ini harus sering-sering di-update agar kompatibel dengan fitur atau teknologi terkini,” kata Umi.
Baca juga: NesbuOne, Laptop Rakitan SMKN 1 Bumijawa Rambah Pasar Lokal.
Menurutnya, pandemi Covid-19 lalu harus bisa dimanfaatkan sebagai momentum untuk mencetak sumber daya unggul melalui penyelenggaraan pendidikan vokasi yang berkualitas, salah satunya ditunjang kurikulum yang sesuai perkembangan industri dan usaha, di samping dukungan tenaga pengajar profesional dan peralatan praktik atau laboratorium yang memadai. Tujuannya agar kompetensi anak didiknya meningkat, daya saing dan daya serap lulusannya di pasar kerja tinggi.
Penyusunan kurikulum yang melibatkan dunia industri dan mitra sangat penting artinya dalam mengatasi kesenjangan kebutuhan antara pasar kerja atau industri dengan ketersediaan sumber daya lulusan SMK yang ada.
Hal tersebut menurutnya sejalan dengan upaya Pemkab Tegal menekan angka pengangguran terbuka di Kabupaten Tegal pada tahun 2021 ini jumlahnya mencapai 71.346 orang atau 9,97 persen dari angkatan kerja. Dari jumlah tersebut, sambung Umi, 25,17 persennya adalah lulusan SMK.
“Maka saya katakan tadi, ini adalah momentum tepat bagi SMK Maarif di bawah binaan FSKKSM untuk melakukan pembenahan di segala aspek penyelenggaraan pendidikan vokasi agar selaras dengan dunia kerja,” kata Umi.
Dirinya pun berharap, penyusunan kurikulum baru tersebut tidak tidak hanya berorientasi mencetak lulusan siap kerja dengan hard skill-nya, tapi juga siap berwirausaha dan mampu menjalankan usahanya secara mandiri melalui penguatan soft skill.
Membangun mindset kemandirian siswa atau cuture set kemandirian di lingkungan pendidikan vokasi sangat penting. Sebab, ketika siswa masuk ke dunia kerja ataupun dunia wirausaha, mereka akan dihadapkan pada sejumlah tantangan yang tidak ringan.
“Melalui kurikulum ini kita ingin membangun sikap mental dan karakter siswa melalui pendekatan nilai-nilai keagamaan, kejujuran, toleransi, disiplin, kerja keras, kreatif, komunikatif, dan bertanggung jawab sebagai bagian dari penguatan soft skill, bekal penting untuk sukses di dunia usaha dan dunia industri,” imbuhnya.
Sementara itu, ketua panitia yang juga Kepala SMK NU 1 Slawi Ali Saefudin menjelaskan agenda ini merupakan implementasi dari Direktorat Jenderal Pendidikan Vokasi (Ditjen Diksi) Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Kemendikbudristek) RI bahwa seluruh sekolah vokasi, termasuk SMK Maarif harus secepatnya merubah mindset dan orientasi keberhasilan penyelenggaraan pendidikannya yang tidak hanya sekedar mampu meluluskan dan membekalinya dengan ijazah, melainkan bagaimana lulusannya mampu unggul dan terdepan dalam hal kompetensi dan karakter.
Tujuan kerja sama ini dan penyesuaian kurikulum tersebut adalah untuk menumbuhkan lebih banyak entrepreneur muda yang tangguh dan hebat serta siap bersinergi serta berkolaborasi untuk memajukan industri, dunia usaha, dan dunia kerja, kata Ali.
Lebih lanjut Ali mengungkapkan, tantangan yang dihadapi penyelenggara SMK pada umumnya adalah adanya broken link karena kurangnya kepercayaan dunia industri atau dunia kerja pada lulusan SMK. Miss macth ini, menurutnya berawal dari dukungan alat dan kelengkapan sarana belajar praktik siswa yang masih rendah, belum berstandar dunia kerja, baik dari segi jumlah maupun teknologinya.
Adapun Direktur SMK Ditjen Diksi Kemendikbudristek RI Wardani Sugiyanto secara virtual menyampaikan strategi ”8+i” link and match keterlibatan dunia kerja di segala aspek penyelenggaraan pendidikan vokasi sebagai keselarasan mendalam dan menyeluruh SMK Pusat Keunggulan (PK) dengan dunia kerja.
Delapan strategi yang akan diterapkan pada nota kesepahaman tersebut, pertama, kurikulum disusun bersama. Kedua, pembelajaran berbasis proyek riil dari dunia kerja. Ketiga, jumlah dan peran guru atau instruktur dari industri dan ahli dari dunia kerja ditingkatkan secara signifikan. Keempat, praktik kerja lapangan atau industri minimal satu semester. Kelima, sertifikasi kompetensi sesuai standar dan kebutuhan dunia kerja baik bagi lulusannya maupun guru atau instruktur pengajar. Keenam, update teknologi dan pelatihan bagi guru atau instruktur secara rutin dari dunia kerja. Ketujuh, riset terapan yang mendukung teaching factory yang bermula dari kasus atau kebutuhan.
Kedelapan, komitmen serapan lulusan oleh dunia kerja dan satu tambahannya berupa opsi “i”, yaitu berbagai kemungkinan kerja sama yang dapat dilakukan dengan dunia kerja, antara lain beasiswa dan/atau ikatan dinas, donasi dalam bentuk peralatan laboratorium, atau dalam bentuk lainnya dan sebagainya. (HR/hn)
Discussion about this post