Pangkah – Pergerakan tanah yang berakibat pada rusaknya sejumlah bangunan rumah dan infrastruktur perdesaan di Desa Dermasuci, Kecamatan Pangkah sudah menjadi siklus yang berulang manakala terjadi curah hujan tinggi dan berlangsung lama. Rekomendasi teknis berupa relokasi permukiman ke tempat yang lebih aman pun sudah disampaikan Badan Geologi, Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Kementerian ESDM sejak tahun 2017 lalu.
Meski Pemerintah Kabupaten Tegal telah menyiapkan lokasi lahan relokasi, namun sejumlah warga masih belum memanfaatkannya. Dampaknya kini puluhan rumah mengalami retak pada dinding dan ambles di bagian lantai dengan tingkat kerusakan yang bervariasi.
Kejadian bencana ini bermula pada Minggu (05/02/2022) lalu di mana tanah gerak telah mengakibatkan 10 rumah warga rusak dan empat titik ruas jalan desa ambles dengan kedalaman 1-1, 5 meter. Kemudian terjadi tanah gerak susulan pada Kamis (10/02/2022) malam yang mengakibatkan 51 unit rumah lainnya rusak.
Bupati Tegal Umi Azizah sempat meninjau lokasi bencana tersebut pada Jumat (11/02/2022) pagi dan memberikan bantuan 51 paket sembako melalui Kepala Desa Dermasuci untuk disalurkan ke warganya yang terdampak. Umi yang didampingi Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Jaenal Dasmin mengatakan jika pihaknya sebelumnya juga sudah menyiapkan lokasi relokasi yang masih dalam satu wilayah desa.
“Di tahun 2017 sudah kita siapkan lahan untuk relokasi seluas dua ribu meter persegi. Bahkan lahannya sudah disurvei juga oleh PVMBG dan dinyatakan aman dari pergerakan tanah. Di situ juga sudah kita siapkan bangunan fisik rumahnya masing-masing seluas 36 meter persegi. Tapi ternyata baru sebagian saja yang mau pindah,” kata Umi.
Dengan kejadian tersebut pihaknya pun minta pemerintah desa setempat bisa lebih proaktif memotivasi warganya agar mau direlokasi atau mengungsi ke tempat yang lebih aman mengingat potensi terjadinya gerakan tanah susulan masih terus akan terjadi.
Kejadian gerakan tanah yang mengakibatkan kerusakan rumah sebelumnya juga pernah terjadi tahun 2014 dan 2017 silam, di mana terdapat pola rayapan pada tanah yang dicirikan oleh adanya retakan dan amblesan.
Saat melakukan peninjauan di sejumlah titik yang mengalami ambles dan retak, Umi juga menemukan permasalahan berupa lahan yang sudah beralih fungsi. Menurutnya, lokasi lahan yang seharusnya berupa tanaman keras sudah beralih fungsi menjadi lahan pertanian jagung. Hal tersebut menurutnya menjadikan tanah cepat gembur dan jenuh air saat turun hujan.
“Kondisi tanah pelapukan di sini tebal, kelerengannya yang cukup terjal dengan struktur geologi intensif yang menyebabkan batuan mudah rapuh, maka tanah di sini sangat mudah bergerak,” ungkapnya.
Sehingga ia pun meminta Kepala Desa Dermasuci bisa mengingatkan warganya agar tidak membangun rumah di zona yang rawan tanah gerak ini dan mengajak warga masyarakat untuk melakukan gerakan menanam tanaman keras untuk meminimalisir dampak.
“Ini perlu adanya kesadaran bersama dan saling mengingatkan supaya warga yang akan membangun rumah nantinya tidak sia-sia. Saya juga mengingatkan warga yang rumahnya sekitar sini agar selalu waspada terutama saat hujan turun dengan intensitas tinggi yang berpotensi terjadi gerakan tanah susulan. Bila perlukan segera mengungsi ke tempat yang lebih aman,” ujar Umi.
Hal yang sama juga disampaikan Kepala BPBD Kabupaten Tegal Zaenal Dasmin, di mana dari hasil penelitian Badan Geologi PVMBG tahun 2017 menyebutkan lokasi kejadian bencana berada dalam zona potensi gerakan tanah menengah. Artinya, kawasan tersebut mempunyai potensi menengah untuk terjadi gerakan tanah. Pada zona ini dapat terjadi gerakan tanah jika curah hujan di atas normal, terutama pada daerah yang berbatasan dengan lembah sungai, gawir, tebing jalan atau jika lereng mengalami gangguan.
“Maka, solusi terbaiknya adalah warga yang masih bertempat tinggal di zona gerakan tanah tersebut secepatnya pindah ke tempat relokasi yang sudah disediakan Pemkab Tegal, ” pungkas Zaenal. (HR/hn)
Discussion about this post