Slawi – Semangat kegotongroyongan menjadi elemen kunci untuk mengatasi setiap persoalan, termasuk dalam penanggulangan bencana. Pernyataan ini disampaikan Komandan Kodim 0712/Tegal Letkol Inf Charlie Clay Lorando Sondakh saat memimpin Gelar Apel Pasukan dan Peralatan Kesiapsiagaan Penanggulangan Bencana 2022 di Lapangan Pemkab Tegal, Rabu (30/03/2022) pagi.
Menurutnya upaya penanggulangan bencana tidak mungkin hanya mengandalkan peran pemerintah dan TNI-Polri, tapi harus melibatkan seluruh komponen masyarakat untuk bergerak maju, bersinergi dan bekerjasama dalam sebuah sistem terpadu.
Charlie menjelaskan, Presiden Republik Indonesia Joko Widodo telah menetapkan tanggal 26 April sebagai Hari Kesiapsiagaan Bencana Nasional, bertepatan dengan tanggal ditetapkannya Undang-Undang Nomor 24 tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana. Presiden pun telah mengintruksikan kepada seluruh pemangku kepentingan untuk terus berlatih, mengevaluasi sistem kesiapsiagaannya.
“Mari, terus berlatih dan selalu evaluasi sistem kesiapsiagaan bencananya untuk mengurangi risiko dengan memberikan awareness, memperkuat ketahanan sosial dan mengembangkan budaya tanggap bencana,” kata Charlie.
Sepanjang tahun 2019, jumlah kejadian bencana di Kabupaten Tegal tercatat ada 102 kejadian. Tahun 2020 ada 64 kejadian bencana, tahun 2021 ada 137 kejadian bencana, dan sampai dengan pertengahan Maret tahun ini telah terjadi 39 kejadian bencana di Kabupaten Tegal, termasuk tanah bergerak di Desa Dermasuci, Kecamatan Pangkah dan Desa Padasari, Kecamatan Jatinegara serta banjir bandang di Desa Cempaka, Kecamatan Bumijawa.
“Tentunya bencana ini tidak saja mengakibatkan kerugian fisik atau material, tapi juga penurunan produktivitas ekonomi warganya di sektor pertanian, perdagangan, jasa, bahkan pariwisata,” ungkapnya.
Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) telah memprediksi kemungkinan hujan yang masih terus terjadi bulan depan, meskipun intensitasnya mulai menurun. Namun di penghujung tahun musim penghujan siap menanti sebagai masa waspada.
Tidak hanya itu, BMKG juga telah memprediksi puncak musim kemarau di Jawa Tengah akan terjadi pada Agustus 2022, di mana Kabupaten Tegal memiliki sejumlah zona rawan kekeringan, sehingga hal tersebut perlu diantisipasi untuk pasokan ketersediaan air bersihnya bagi warga, termasuk antisipasi kebakaran.
Dari catatan kejadian bencana, Kabupaten Tegal merupakan daerah terkategori rawan bencana, baik itu banjir, tanah longsor dan tanah bergerak di kawasan tertentu, termasuk angin puting beliung yang bisa terjadi dimana saja karena lazimnya peristiwa alam tersebut akan berulang. Namun, tak ada yang pernah tahu pasti kapan peristiwa itu akan terjadi. Di sinilah peran semua pihak diperlukan.
Charlie pun mengimbau agar sistem peringatan dini dapat terpasang dan berfungsi baik di lokasi rawan bencana untuk memberikan peringatan kepada warga dalam mengambil tindakan segera dan secepat cepat mungkin manakala terjadi bencana, disamping kesiapan lokasi untuk evakuasi dan aksesnya yang aman dari berbagai hambatan.
“Jangan lupakan pula ketersediaan dan kesiapan barang pasokan untuk memenuhi kebutuhan dasar saat tanggap darurat, termasuk bahan material dan peralatan untuk pemulihan sarana dan prasarananya,” pesannya.
Terakhir, Charlie meminta prosedur tetap tanggap darurat harus dalam kondisi mantab, mekanisme tanggap daruratnya terorganisir dengan baik didukungan personil yang lengkap, terlatih dan berkompeten.
“Gencarkan sosialisasi, viralisasi informasi tentang pelaporan kejadian bencana. Pastikan warga masyarakat kita tahu nomor call center BPBD yang bisa dihubungi 24 jam,” pungkasnya.
Pada kesempatan ini berlangsung pula pemberikan penghargaan kepada 12 perwakilan relawan tanggap bencana dan elemen yang berpartisipasi aktif dalam penanggulangan bencana.
Usai apel, Charlie meninjau dan mengecek alat kesiapsiagaan bencana dari unsur TNI-Polri, relawan PMI, Tagana Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kabupaten Tegal dan unsur lainnya. (AD/hn)
Discussion about this post