Bojong – Di tengah minimnya serapan hasil panen akibat perubahan kebijakan wajib tanam bagi importir bawang putih, sejumlah petani di Desa Tuwel dan Desa Rembul Kecamatan Bojong tetap antusias menanam bawang putih untuk keperluan pembibitan. Bawang putih yang dihasilkan saat ini memang belum mampu bersaing dengan bawang putih impor untuk keperluan konsumsi.
Pada musim tanam kali ini ada tiga hektar lahan yang ditanami bawang putih oleh petani lokal dengan produktivitas rata-rata 16 ton per hektar. Hal ini disampaikan Pelaksana Tugas Asisten Perekonomian dan Pembangunan Sekda Kabupaten Tegal Amir Makhmud saat menghadiri panen perdana bawang putih di Desa Tuwel, Kecamatan Bojong, Kamis (03/08/2023).
Penanaman bibit bawang putih ini merupakan hasil kontrak pengadaan dengan Kementerian Pertanian RI. Sementara program pendampingan budidaya bawang putih dilakukan oleh Pemkab Tegal bekerja sama dengan Bank Indonesia (BI) dan Institut Pertanian Bogor (IPB). Menurut Amir, hasil panen kali ini cukup baik karena berada di atas rata-rata produksi nasional yang sebesar 10-12 ton per hektar.
“Semoga produktivitas panen bibit bawang putih ini bisa ditingkatkan lagi, minimal dipertahankan di kisaran 16 ton per hektar,” ungkapnya.
Usai panen perdana tahun ini, acara dilanjutkan dengan diskusi kelompok terarah (FGD) bersama petani dan pegiat pertanian di Kafe Mamapi yang tak jauh dari lokasi panen. Sejumlah peserta FGD menyoroti soal produk bawang putih lokal yang kalah bersaing dengan bawang putih impor, baik dari segi harga maupun tampilan luarnya di mana ukuran umbi bawang putih lokal lebih kecil dari umbi bawang putih impor.
Menanggapi hal ini, Amir pun berharap Pemerintah bisa segera mengembalikan kebijakan syarat wajib tanam bagi importir bawang putih sebesar lima persen dari kuota sebelum mereka mendapatkan rekomendasi impor produk hortikultura (RIPH). Kebijakan ini dinilai bisa menambah gairah dan semangat petani Bojong menanam kembali bawang putih lokal yang sempat mengalami masa kejayaannya di tahun 1998.
“Selain perlu diproteksi dari gempuran produk impor, untuk mengangkat harkat bawang putih lokal Pemerintah harus memiliki keberpihakan ke petani, ke riset pertanian, sampai pemasaran produknya,” kata Amir.
Sebelumnya Pemerintah memiliki target swasembada bawang putih tahun 2021. Namun karena pandemi, target tersebut tidak tercapai. Pemerintah bahkan melonggarkan wajib tanam terebut dengan menerbitkan Peraturan Menteri Pertanian Nomor 46 Tahun 2019 tentang Pengembangan Komoditas Hortikultura Strategis.
“Petani ini tidak perlu disuruh. Kalau prospeknya menarik, pasarnya jelas, pasti mereka nanam sendiri. Karena prinsip bertani itu mendapat keuntungan. Kalau tidak ya seperti ini, petani lebih tertarik menanam sayuran lain, termasuk bawang merah madura daripada bawang putih,” ujarnya.
Sementara itu, Kepala Bappeda dan Litbang Kabupaten Tegal Faried Wajdy mengatakan rendahnya daya saing produk bawang putih lokal di pasaran ini salah satunya dapat diatasi dengan merubah strategi pemasarannya yang tidak dalam bentuk mentah, melainkan produk turunan atau pasca panen.
“Ini bisa jadi alternatif baru untuk mengatasi persoalan bibit bawang putih petani yang menumpuk dan tidak terserap importir,” tandasnya.
Bawang putih lokal dengan keunggulan komparatifnya berupa aroma yang kuat dapat diolah menjadi produk bernilai tambah tinggi seperti pasta atau serbuk dengan segmen pasar khusus. Sehingga ini perlu didukung program pendampingan penerapan teknologi pangan tepat guna pada kelompok petani ataupun pelaku usaha.
Hal senada juga disampaikan Deputi Kepala Perwakilan Bank Indonesia Tegal Teguh Triyono. Jika produk olahan bawang putih lokal yang diunggulkan, maka perlu dukungan dressing up product seperti branding, kemasan, dan simbolisasi. Sedangkan strategi pemasarannya dapat melibatkan chef ataupun influencer untuk menyasar segmen digital society.
“Terlebih lokasi pertanian bawang putih di Bojong ini sangat diuntungkan dengan keberadaan objek wisata Guci yang menarik kunjungan puluhan ribu wisatawan setiap bulannya. Jadi tidak perlu susah-susah cari pasar. Yang dekat ini bisa digarap dulu sebagai pasar potensialnya,” ungkapnya.
Meski demikian, pihaknya juga tetap memperhatikan upaya peningkatan daya saing produk mentah bawang putih dengan menggandeng peneliti dari IPB untuk mengembangkan bibit bawang putih dengan sistem penggandaan kromosom. Sistem tersebut diharapkan mampu membuat umbi bawang putih yang dihasilkan memiliki ukuran mendekati ukuran bawang putih impor.
Di tempat yang sama, Kepala Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian Kabupaten Tegal Agus Sukoco menyampaikan jika keberlanjutan pertanian bawang putih lokal di Kabupaten Tegal saat ini sangat bergantung pada kebijakan Pemerintah.
Agus menegaskan, para petani ini sesungguhnya tidak membutuhkan subsidi jika ada proteksi di jalur pemasarannya, seperti kewajiban perusahan besar sekelas Indofood menampung bawang putih lokal. Jika dilepas begitu saja di pasar konsumsi, bawang putih lokal ini dipastikan kalah bersaing dengan bawang putih impor.
“Nilai jual produk bawang putih petani di sini kalah jauh dengan bawang putih impor. Petani mau menanam bawang putih ini karena ada kontrak pengadaan bibit dengan Kementarian Pertanian, dengan importir,” ujarnya.
Hal tersebut dibenarkan salah satu perwakilan petani yang berharap Pemerintah lebih serius lagi berjuang meraih kedaulatan pangan dengan meningkatkan daya saing produk pertanian dalam negeri, termasuk bawang putih lokal yang saat ini kapasitas produksinya menurun drastis setelah kewajiban tanam oleh importir dilonggarkan.
“Kami juga berharap, bawang putih lokal ini bisa bersaing di pasar konsumsi. Sebab ini pasar paling besar dan berkelanjutan,” imbuhnya.
Baca juga: Gubernur Ganjar Resmikan Learning Center Bawang Putih Tuwel.
Di akhir kesempatan, perwakilan peneliti IPB Sarwono menuturkan jika pihaknya terus berupaya melakukan inovasi dengan mempelajari proses pertumbuhan dan produksi bawang putih. Untuk ini, pihaknya bersama Bank Indonesia dan Pemkab Tegal memfasilitasi berdirinya learning center bawang putih di Desa Tuwel, Kecamatan Bojong.
Learning center ini sendiri merupakan pusat pembelajaran bawang putih nasional mulai dari budidaya, penanganan pasca panen hingga pemasaran. Sarwono pun mendukung perlunya penguatan strategi pemasaran bawang putih lokal, salah satunya dengan menggelar event khusus untuk menarik minat wisatawan agro. (TA/YS/hn)
Discussion about this post