Slawi – Tuberkulosis masih menjadi ancaman kesehatan serius di Indonesia, sehingga kolaborasi multisektoral mutlak diperlukan untuk mencapai target eliminasi tuberkulosis (TBC) pada tahun 2030. Data Kementerian Kesehatan RI menyebutkan Indonesia menduduki peringkat kedua kasus tertinggi di dunia setelah India dengan jumlah kasus mencapai 1,06 juta orang dan 134 ribu kematian atau rata-rata 16 orang meninggal setiap jamnya karena tuberkulosis.
Informasi ini mengemuka saat berpeluncuran program Bebas TB, hasil kerja sama Pemkab Tegal dengan Lembaga Donor United States Agency for International Development (USAID) atau Badan Pembangunan Internasional Amerika Serikat di Syailendra Covention Hall Hotel Grand Dian Slawi, Kamis (29/02/2024).
Sekretaris Daerah Kabupaten Tegal Amir Makhmud mengungkapkan Kabupaten Tegal merupakan salah satu daerah dengan beban kasus TBC tinggi. Jumlah temuan kasus TBC SO atau sensitif obat tahun 2023 lalu mencapai 5.088 kasus atau 353 kasus TBC per 100.000 penduduk. Banyaknya temuan kasus ini karena kegiatan deteksi untuk mencari dan menemukan kasus TBC bersama surveilans sangat gencar dilakukan, terutama pada kelompok risiko. Temuan kasus ini 209 persen lebih tinggi dari target estimasi sebelumnya di angka 2.430 kasus.
Dari kasus TBC yang berhasil ditemukan, 4.721 kasus mulai melakukan pengobatan, di mana 765 kasus diantaranya merupakan TB anak, 74 kasus TBC resisten obat dan selebihnya adalah kasus TB ronsen. Sementara keberhasilan pengobatan kasus TBC sepanjang tahun 2022 lalu mencapai 3.936 orang atau 89 persen dari 4.721 penderita. Penderita putus berobat 289 orang atau 6,5 persen dan meninggal dunia 175 orang atau 3,7 persen.
Menurut Amir, kerja sama antara pemerintah, swasta, komunitas, dan mitra pembangunan lainnya sangat diperlukan untuk membangun kesadaran setiap orang dalam mengatasi tuberkulosis secara komprehensif, mulai dari pencegahan hingga pengobatan, termasuk menemukan kasus TBC.
Pihaknya pun mengestimasi temuan TB di masyarakat tahun 2024 ini bisa mencapai 6.633 kasus. “Prinsipnya, semakin banyak kasus kita temukan, semakin baik karena mereka bisa cepat teridentifikasi dan cepat tertangani karena memang obatnya sudah ada, ampuh dan semuanya gratis bagi pasien tuberkulosis,” ujarnya.
Selain itu, dukungan kepada pasien tuberkulosis juga dapat diberikan melalui pemberian nutrisi dan gizi seimbang, biaya transportasi menuju fasilitas kesehatan, ataupun dukungan sosial untuk pemberdayaan ekonomi bagi keluarga yang terdampak.
Sebab permasalahan TBC tidak hanya berdampak terhadap kesehatan, tetapi juga sosio ekonomi, kemiskinan ekstrem, dan gangguan gizi. Sehingga, komitmen unsur pentahelix yakni pemerintah, masyarakat, lembaga usaha, akademisi dan media menjadi kunci percepatan eliminasi TBC.
Implementasi program Bebas TB dari USAID ini bertujuan menekan angka kematian TBC sebesar 90 persen dan angka kasus baru hingga 80 persen pada tahun 2030.
Adapun dalam kesempatan tersebut Sekda Amir melakukan penandatanganan komitmen bersama pentahelix dan penyusunan rencana kerja terpadu untuk mendukung percepatan eliminasi tuberkulosis. (EW/hn)
Discussion about this post