Slawi – Jembatan Kalierang di Desa Cilongok Kecamatan Balapulang yang mengalami longsor pada bagian pondasi akibat curah hujan yang tinggi membuat warga yang melintas merasa khawatir. Pasalnya, jembatan berusia seratusan tahun ini merupakan akses jalur alternatif yang menghubungkan tiga wilayah kecamatan, yaitu Kecamatan Balapulang, Bojong, dan Jatinegara.
Kepala Dinas Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat ( DPUPR) Kabupaten Tegal Teguh Dwijanto Rahardjo saat ditemui di ruang kerjanya pada Jumat (22/03/2024) mengatakan bahwa saat ini pihaknya tengah melakukan perbaikan jembatan Kalierang melalui kegiatan pemeliharaan rutin.
“Jembatan tersebut mengalami longsor pada bagian pondasi pada hari Minggu tanggal 11 Februari 2024 lalu dengan panjang longsor 25 meter, lebar 12 meter dan tinggi 11 meter. Longsor ini terjadi pada sayap-sayap jembatan di sisi barat,” terangnya.
Awalnya pihaknya sudah merencanakan dan mengusulkan perbaikan jembatan ini sejak tiga tahun lalu lewat pendanaan APBD Kabupaten Tegal. Rencana tersebut belum bisa terealisasi karena kendala besaran anggaran yang tidak mencukupi untuk pembangunan jembatan baru sebagai penggantinya.
“Rencananya kita akan merubah bentang jembatan menjadi 10 meter dan perubahan lokasi jembatan. Karena trasenya bergeser ke sisi selatan menjadikan rencana pembangunan jembatan ini tertunda beberapak kali, terutama saat kebijakan refokusing anggaan diterapkan di tahun 2020 dan 2021 untuk penanganan pandemi Covid-19,” jelasnya.
Pemda juga sudah berupaya menganggarkan kembali pembangunan jembatan ini di tahun 2023 dan 2024 senilai Rp3 miliar. Namun dari alokasi anggaran tersebut baru bisa digunakan untuk pembelian rangka jembatan dan biaya konsultan perencana serta pengawas.
Selain itu ada pula alokasi anggaran senilai Rp200 juta tahun ini untuk pemeliharaan rutin jembatan. Anggaran inilah yang kini digunakan untuk memperbaiki tebing di sisi sayap pondasi jembatan yang mengalami longsor, selain perbaikan rangka yang mengalami kerusakan serta perbaikan saluran.
“Idealnya untuk perbaikan jembatan ini secara keseluruhan memerlukan biaya Rp10 miliar. Kebutuhan tersebut sampai pada pembaharuan pondasi, bronjong, hingga stordam untuk membuat tanah di sekitar sungai menjadi stabil,” jelasnya.
Meskipun salah satu sayap pondasi jembatan mengalami longsor, lanjut Teguh, warga tetap bisa melaluinya. Kendati demikian, beban muatan atau kendaraan yang melintas harus lebih ringan dari biasanya.
“Kita sudah pasang rambu-rambu pengaman bagi pengguna jalan untuk mencegah hal-hal yang tidak diinginkan,” tutupnya. (AD/hn)
Discussion about this post