Slawi – Meski tergolong rendah, Pemerintah Kabupaten Tegal terus mendorong percepatan penurunan angka kematian bayi (AKB). Peningkatan mutu layanan, perbaikan sistem rujukan, kerja sama lintas sektor dan organisasi diharapkan dapat membantu mempercepat penurunan AKB.
Pernyataan ini mengemuka saat berlangsung Diseminasi Kematian Bayi Tingkat Kabupaten Tegal Tahun 2024 yang diselenggarakan di Ruang Rapat Bupati Tegal, Rabu (18/12/2024).
Berkaca pada data yang ada, AKB Kabupaten Tegal tercatat 6,6 (kematian) bayi per 1.000 kelahiran atau masih berada di bawah target AKB nasional yang sebesar 16 per 1.000 kelahiran dan target AKB Provinsi Jawa Tengah yang sebesar 7,7 per 1.000 kelahiran. Setidaknya terdapat 127 kasus kematian bayi di Kabupaten Tegal yang terjadi sejak Januari-Desember 2024.
Asisten Pemerintahan dan Kesejahteraan Rakyat Sekda Kabupaten Tegal Suspriyanti menginformasikan, AKB Kabupaten Tegal berada di peringkat 11 untuk tingkat kematian bayi tertinggi di Jawa Tengah. Meskipun mengalami penurunan atau capaiannya membaik, tapi menurutnya ini masih belum seperti yang diharapkan.
Isu kesehatan bayi dan anak menjadi salah satu prioritas utama agenda pembangunan kesehatan Kabupaten Tegal. Berdasarkan data yang dihimpun oleh Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Tegal, lebih dari 75 persen kematian bayi terjadi pada 28 hari pertama kehidupan setiap tahunnya. Oleh karena itu, kegiatan diseminasi ini menjadi penting untuk menilai capaian yang telah ada, menganalisis tantangan yang ada, serta menyusun langkah-langkah ke depan untuk menurunkan AKB.
Adapun penyebab utama kematian bayi adalah berat badan lahir rendah (BBLR), kelainan kongenital, dan asfiksia. Penyebab kematian tersebut dapat dicegah melalui pelayanan yang tepat sejak kehamilan, termasuk pelayanan Ante Natal Care (ANC) yang berkualitas, serta pendekatan Manajemen Terpadu Bayi Muda (MTBM).
Dirinya juga mengapresiasi langkah strategis yang telah dilakukan jajaran Dinkes dan stakeholders lainnya. Ia pun menekankan pentingnya peran serta masyarakat, keluarga, serta sektor lain dalam mendukung program penurunan AKB, termasuk pemanfaatan buku kesehatan ibu dan anak (KIA) dan kunjungan neonatal yang berkualitas.
Selanjutnya, Kepala Dinkes Kabupaten Tegal Ruszaeni menerangkan Kota Magelang dinilai berhasil mencapai angka kematian bayi 0 persen. Sehingga menurutnya ini bisa menjadi role model percepatan penurunan AKB.
Ruszaeni mengungkapkan AKB tertinggi di Kabupaten Tegal berada di Kecamatan Bojong, Bumijawa, dan Pangkah.
“Di Bojong, Bumijawa, dan Pangkah masih ditemukan proses persalinan ibu lewat bantuan dukun bayi. Saya berharap organisasi masyarakat seperti Muslimat NU, Aisyiyah, Fatayat NU, PKK, Kemenag, dan tokoh agama bisa memberikan edukasi terkait persalinan yang sehat dan aman serta pentingnya pelayanan kesehatan yang tepat selama masa kehamilan,” ujar Ruszaeni.
Pihaknya juga mengingatkan pentingnya peran rumah sakit dalam melaksanakan AMPSR atau Asuhan Maternal dan Perinatal sesuai standar. Setiap fasilitas kesehatan juga diminta mampu meningkatkan kapasitasnya dalam menangani kegawatdaruratan maternal dan neonatal, termasuk perbaikan sarana dan prasarana.
“Keberhasilan menurunkan angka kematian bayi bukan hanya tanggung jawab pemerintah atau tenaga kesehatan saja, namun seluruh elemen masyarakat juga harus terlibat. Dengan sinergi yang baik, kita bisa memastikan setiap bayi baru lahir di Kabupaten Tegal mendapatkan pelayanan kesehatan yang sesuai standar,” ujarnya.
Sebagai penutup, Ruszaeni berharap diseminasi ini bisa menjadi forum berbagi informasi, mempererat koordinasi, serta mencari solusi bersama.
“Mari, kita jadikan tahun 2024 ini sebagai tahun terbaik dalam upaya kita bersama menurunkan angka kematian bayi di Kabupaten Tegal,” ajaknya. (AD/hn)
Discussion about this post