Bojong – Raut bahagia selimuti para petani bawang putih di sekitaran Bojong dan Bumijawa, salah satunya Muhammad Ali Yusni, petani asal Desa Tuwel. Dari modal awal Rp 9 juta untuk ongkos produksi, Ali mampu raup untung bersih Rp 45 juta atau setara 500 persen. Hal ini terungkap saat berlangsung acara Panen Bawang Putih Bersama Deputi Gubernur Bank Indonesia di Desa Tuwel, Kecamatan Bojong, Minggu (1/9) kemarin.
Lewat dialognya bersama Bupati Tegal Umi Azizah, Ali mengungkapkan keuntungan tersebut sudah dipotong 30 persen oleh PT. Perhutani dari hasil penjualannya sebagai pengganti biaya bibit. Ditanya Umi seputar aktifitas bertaninya, Ali mengatakan dirinya menanam bibit bawang putih berjenis Sangga Sembalun diatas lahan garap seluas 3.750 meter persegi dengan masa tanam 110 hari.
Pada kesempatan yang sama, Umi mengutarakan kegembiraannya atas hasil panen tahun ini. “Tidak hanya produktivitasnya saja yang meningkat, tapi juga kualitas hasilnya semakin baik, siungannya lebih besar-besar”, katanya.
Hal ini, lanjut Umi, tidak terlepas dari sinergi kerjasama Bank Indonesia bersama Pemkab Tegal Kabupaten Tegal dan akademisi dari Institut Pertanian Bogor. “Ditunjang harga jualnya yang baik di pasaran, tentunya minat petani menanam bawang putih semakin meningkat”, ujarnya.
Jika trend-nya positif, lanjut Umi, situasi ini akan mengembalikan fungsi kawasan pertanian Bojong dan Bumijawa sebagai sentra penghasil bawang putih Kabupaten Tegal yang sempat mengalami masa kejayaan hingga akhir tahun 1998, sebelum kran impor dibuka”, ujarnya.
Sementara Deputi Gubernur Bank Indonesia Hary Sugeng menaruh perhatian besar terhadap program klaster bawang putih ini. Hary mengatakan, dominasi impor bawang putih yang mencapai 96 persen dari total kebutuhan nasional menjadi ancaman tersendiri bagi ketahanan pangan.
“Impor terbesar bawang putih kita berasal dari China, sehingga jika terjadi sesuatu disana seperti gagal panen, pasokan kita jadi terganggu, dan inflasi akan terjadi karena hampir semua Indonesia mengonsumsi bawang putih”, katanya.
Untuk menekan ketergantungan impor, salah satunya, lanjut Hary, adalah mewajibkan importir untuk menanam dan memproduksi bawang putih di dalam negeri minimal lima persen dari volume impornya.
Saat dilakukan simbolis pemanenan bawang putih di areal pertanian setempat, Hary mengatakan jika hasil panen ini masih akan digunakan sebagai bibit, belum dijual ke pasar konsumsi.
Discussion about this post