Slawi – Integrasi Layanan Primer (ILP) merupakan salah satu strategi utama dalam transformasi sistem pelayanan kesehatan masyarakat yang akan diterapkan di Kabupaten Tegal. Tujuannya adalah mendekatkan pelayanan kesehatan masyarakat yang lebih komprehensif dan berkualitas melalui pendekatan siklus hidup, serta memperkuat upaya promotif dan preventif.
Informasi ini disampaikan Pj Bupati Tegal Agustyarsyah saat membuka acara Seminar Nasional memperingati Hari Kesehatan Nasional (HKN) ke-60 bersama Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Tegal, di Pendopo Amangkurat, Rabu (15/01/2025).
Menurut Agustyarsyah, implementasi ILP akan melibatkan kerja sama lintas sektor seperti Dinkes, pemerintah desa, hingga tokoh masyarakat . Selain itu, ILP diperlukan untuk memastikan pelayanan kesehatan lebih terintegrasi dan efektif dilaksanakan di level puskesmas dan puskesmas Pembantu, selain juga meningkatan pelayanan di Posyandu, sosialisasi dan edukasi, maupun dialog dan konsultasi.
Adapun tenaga kesehatan terlibat dalam program ini antara lain dokter, bidan, dan perawat, dibantu kader kesehatan. Jumlah kader kesehatan di Kabupaten Tegal saat ini mencapai 7.645 orang yang tersebar di semua desa. Kader kesehatan merupakan ujung tombak layanan kesehatan di tengah masyarakat.
“Kolaborasi antar tenaga kesehatan ini diharapkan dapat menciptakan lingkungan yang sehat dan memastikan akses layanan yang adil serta merata bagi seluruh masyarakat, sehingga akan meningkatkan derajat kesehatan masyarakat secara optimal dengan usia harapan hidup yang lebih baik,” katanya.
Kepala Dinkes Kabupaten Tegal Ruszaeni mengatakan pihaknya akan berfokus pada integrasi layanan kesehatan primer. Hal ini dimaksudkan untuk mendekatkan layanan kesehatan melalui sistem jejaring yang akan menjangkau hingga ke tingkat desa dan dusun.
Menurutnya ada tiga fokus layanan pada upaya preventif seperti imunisasi rutin dari 11 jenis vaksin menjadi 14 jenis vaksin. Selain itu juga ada skrining pada 14 jenis penyakit prioritas, serta peningkatan kesehatan ibu dan anak seperti pemantauan tumbuh kembang anak di Posyandu dengan alat antropometri terstandar, pemeriksaan kehamilan dari empat kali menjadi enam kali, termasuk dua kali USG dengan dokter pada trimester satu dan tiga, skrining kanker payudara dengan USG, hingga skrining penyakit jantung bawaan di puskesmas dengan pulse oxymetry neonatus.
“Kami terus memantau layanan di setiap wilayah yang mencakup 29 puskesmas, 199 pusat kesehatan daerah, 57 puskesmas pembantu, dan 1.543 posyandu. Kami ingin memastikan 100 persen wilayah dan kondisi kesehatan penduduk kita termonitor secara berkala agar mendapat memberikan layanan kesehatan primer berkualitas,” jelasnya.
Jejaring layanan kesehatan primer saat ini memang belum terintegrasi. Oleh karenanya Kementerian Kesehatan terus mendorong tenaga kesehatan bisa menyatukan layanan tersebut menjadi satu layanan primer.
“Untuk ke depannya kami akan usahakan integrasi antara klinik dengan rumah sakit dan puskesmas, sehingga semuanya terintegrasi dengan layanan yang kami beri nama Satu Sehat Kabupaten Tegal,” ucap Ruszaeni.
Dirinya pun berpesan kepada tenaga kesehatan bisa mengambil peranan dalam penyelenggaraan integrasi layanan primer ini. Mereka dituntut mampu berkontribusi dalam meningkatkan derajat kesehatan masyarakat dan seluruh fasilitas pelayanan kesehatan dengan menyelenggarakan sistem pencatatan yang terintegrasi bersama. (LS/AD/hn)
Discussion about this post