Slawi – Perempuan, khususnya remaja putri dan ibu hamil, memiliki risiko mengalami anemia lebih tinggi dibandingkan dengan laki-laki. Oleh karenanya, Pemkab Tegal mengajak ratusan siswi SMA atau SMK sederajat serentak meminum tablet tambah darah agar mereka terhindar dari potensi anemia.
Acara yang dikemas melalui Gerakan Aksi Cegah Stunting ini berlangsung di Syailendra Convention Hall Hotel Grand Dian Slawi, Selasa (09/09/2025) sebagai bagian dari aksi bersama mencegah stunting sejak dini, sekaligus kampanye pencegahan anemia pada remaja.
Bupati Tegal, Ischak Maulana Rohman, yang membuka acara tersebut menegaskan bahwa pencegahan stunting adalah perjuangan kolektif lintas sektor.
“Mencegah stunting hari ini adalah investasi sumber daya manusia kita di hari esok. Setiap gram protein, setiap imunisasi, setiap ibu hamil yang terpantau gizinya, adalah batu bata yang menyusun masa depan Tegal lebih maju,” ungkapnya.
Data Studi Status Gizi Indonesia (SSGI) menunjukkan angka prevalensi stunting Kabupaten Tegal terus berkurang, dari 28,0 persen di tahun 2021 menjadi 22,3 persen di 2022 dan 21,5 persen di tahun 2023, serta 15,9 persen di tahun 2024. Angka ini sedikit lebih baik dari target Jawa Tengah yang sebesar 18 persen.
“Artinya, strategi kita sudah berada di jalur yang benar. Namun konsistensi dan kecepatan eksekusi menjadi kunci keberhasilan,” imbuhnya.
Ia juga mengaitkan isu stunting dengan peningkatan Indeks Pembangunan Manusia atau IPM Kabupaten Tegal yang pada tahun 2024 mencapai 71,70, naik dari tahun sebelumnya yang sebesar 71,12. Menurutnya, keberhasilan menekan stunting tidak bisa dilepaskan dari perbaikan sektor kesehatan, pendidikan, dan ekonomi masyarakat.
Sementara itu, Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Tegal Ruszaeni menekankan pentingnya intervensi gizi sejak remaja sampai menikah dalam upaya pencegahan stunting. Ia menjelaskan bahwa anemia pada remaja putri menjadi salah satu faktor risiko terbesar lahirnya bayi stunting.
“Hasil skrining kita (Kabupaten Tegal) tahun 2024 mencatat 29,34 persen remaja putri mengalami anemia. Angka ini masih lebih tinggi dari target nasional tahun 2025 yang ditetapkan tidak lebih dari 25 persen. Karena itu, pemberian tablet tambah darah secara rutin adalah langkah sederhana tapi efektif untuk menekan risiko tersebut,” jelasnya.
Menurut Ruszaeni, aksi minum tablet tambah darah secara serentak ini sekaligus menjadi kampanye publik bahwa remaja, khususnya putri, perlu mendapatkan perhatian serius. Sebab stunting tidak bisa diselesaikan hanya dengan intervensi kepada balita stunting, tetapi bisa dicegah sejak perempuan belum menikah.
“Kesehatan remaja hari ini adalah investasi besar untuk melahirkan generasi yang sehat, cerdas, dan produktif di masa depan. Jika anemia pada remaja bisa ditekan, maka potensi lahirnya anak stunting juga semakin kecil,” tegasnya.
Kegiatan Gerakan Aksi Cegah Stunting ini diikuti oleh 200 peserta luring dari sejumlah SMA dan SMK di Slawi seperti SMA Negeri 1 Slawi, SMK Negeri 1 Slawi, SMK Negeri 2 Slawi serta SMK NU Slawi, dan lebih dari 5.000 pelajar secara daring.
Rangkaian kegiatan lainnya meliputi senam bersama, edukasi gizi, pemeriksaan Hemoglobin, games aksi bergizi, hingga talk show kesehatan reproduksi bersama pakar.
“Semoga langkah ini diharapkan dapat melahirkan generasi yang sehat, cerdas, dan produktif, serta menurunkan angka stunting secara signifikan di Kabupaten Tegal,” pungkas Ruszaeni.
Salah satu siswi, Halda Khaerunnisa asal SMK NU Slawi mengungkapkan dirinya senang bisa mengikuti acara ini. Kegiatan semacam ini penting karena perempuanlah yang nantinya akan menjadi ibu dan melahirkan anak-anak generasi penerus bangsa.
“Aku datang ke sini sama teman-teman lainnya, dan tadi sudah minum penambah darah juga secara serentak. Mudah-mudahan ini bisa terus berlanjut,” katanya. (AD/hn)









Discussion about this post