Slawi – Meski tanpa didukung modal dari orang tua, Rio Danar Setiawan (26) terus bertekad menjalankan usaha budidaya lele. Jatuh bangun ia merintis usahanya dari nol, bahkan sempat minus. Kini ia berhasil membangun sentra budidaya lele terintegrasi ditambah pengolahan ikan laut dengan omzet rata-rata Rp150 juta per bulan.
Rio termasuk salah satu pengusaha muda yang nekat bertahan dengan proses panjangnya sebelum akhirnya ia ditetapkan sebagai Top 5 Wirausaha Pemuda Kabupaten Tegal 2025 pada Malam Penganugerahan Top 28 dan Bos Muda Wirausaha Pemuda (WP) Kabupaten Tegal Chapter 7 Tahun 2025 di Trasa, Sabtu (15/11/2025) malam.
Baginya, tantangan terbesar pelaku usaha sektor perikanan bukanlah cuaca, melainkan diri sendiri, terutama saat mengalami lelah secara fisik, mental dan emosional. Saat dihadapkan pada kondisi burnout, ia selalu mengingatkan diri agar terus bersyukur dan bersabar menjalani proses.
“Fokus dan tetap fokus satu dulu, sekalipun usahanya sedang turun. Jangan terburu-buru pindah haluan, ganti usaha lain kalau yang satu ini saja belum settle, belum berhasil,” ujar Rio.
Dengan fokus menjalani satu jenis usaha, menjadikan usahanya berjalan stabil, baru kemudian ia mulai merambah ke usaha pengolahan ikan asin, olahan kering dan basah, hingga menjadi pensuplai salah satu bahan pangan di satuan pelayanan pemenuhan gizi (SPPG) program Makan Bergizi Gratis.
“Lebih baik merasakan capek dan pahitnya berjuang di usia muda daripada bekerja keras saat usia senja, capeknya bakal lebih terasa. Jalani dan berproses dulu, soal hasil belakangan,” pungkasnya.
Selain Rio, ada pula Regina Tiara Sani (23) yang sukses menjalankan usaha kuliner sate taichan dan ayam cabai hijau. Kini ia memiliki dua cabang usaha yang dibantu enam orang karyawannya dengan omzet Rp30 juta per bulan.
Melalui program Wirausaha Pemuda dan ekosistem kewirausahaan pemuda yang terus berkembang, merintis usaha di masa kini akan banyak terbantu karena skema pendampingan dan inkubasi bisnisnya jelas, terstruktur, sistematis, dan terintegrasi dengan mata rantai dunia usaha.
Hal ini disampaikan Analis Kebijakan Ahli Utama pada Deputi Bidang Pelayanan Kepemudaan Kementerian Pemuda dan Olahraga RI Imām Gunawan.
Program WP Kabupaten Tegal yang sudah berjalan sejak tujuh tahun lalu sudah menjadi rujukan nasional, bahkan dicontoh organisasi internasional seperti Badan PBB-United Nations Development Programme atau UNDP dan International Labour Organization (ILO). Sementara di dalam negeri, Badan Perencanaan Pembangunan Nasional atau Bappenas telah memasukkan program ini ke dalam Strategi Nasional Pengembangan Kewirausahaan Pemuda.
“Kesuksesan Kabupaten Tegal ini akan terus kami siarkan ke seluruh daerah di Indonesia. Ekosistemnya sangat lengkap. Kalau ada pemuda yang tidak memanfaatkan peluang ini, sayang sekali,” tegasnya.
Sementara itu, Wakil Bupati Tegal Ahmad Kholid mengatakan pemerintahannya sangat menghargai eksistensi pemuda yang punya keberanian, tekad, dan komitmen membangun usahanya. Menurutnya, kepemilikan modal seperti uang bukanlah hal utama saat merintis usaha, melainkan kepercayaan.
“Bisa jadi kita punya uang miliaran, tapi kalau tidak dipercaya, tidak akan berkembang ini usaha. Tapi kalau kita dipercaya, meski tidak punya uang, banyak peluang akan terbuka. Bahkan tidak sedikit yang menitipkan modalnya untuk diputar atau orang biasa menyebutnya crowdfunding,” ujarnya.
Sebelumnya, Kepala Disporapar Kabupaten Tegal Akhmad Uwes Qoroni melaporkan sebanyak 508 pemuda mendaftar di ajang seleksi program WP tahun ini. Dari jumlah tersebut, 220 orang berhasil melengkapi berkas administrasi dan mengirimkan gagasan bisnisnya.
Setelah melalui proses seleksi, terpilih 100 besar yang kemudian dikerucutkan lagi menjadi Top 50 sampai akhirnya terpilih Top 28 yang berhak memperoleh pendampingan lanjutan dan menerima dana insentif dari APBD Kabupaten Tegal sebesar Rp15 juta per orang. (ZS/hn)
Discussion about this post