Slawi – Kondisi dua orang petugas pemakaman jenazah RSUD dr Soeselo Slawi, Waras (41) dan Ida Wahyu Kurnia (38) berangsur membaik usai mendapat perawatan intensif di Instalasi Gawat Darurat (UGD) rumah sakit tempatnya bekerja. Keduanya baru saja mengalami peristiwa tragis berupa penganiayaan oleh sekelompok warga saat memakamkan jenazah terduga Covid-19, berinisial H (15) di Tempat Pemakaman Umum (TPU) Dukuh Sawangan, Desa Sigedong, Kecamatan Bumijawa, Selasa (22/09/2020) kemarin.
Bupati Tegal Umi Azizah yang mendengar peristiwa tersebut langsung meluncur menemui keduanya di rumah sakit tempatnya dirawat. Umi menyayangkan terjadinya peristiwa yang menimpa petugas kemanusiaan yang bekerja di zona maut tersebut. “Apapun alasannya, penganiayaan terhadap petugas yang sedang menjalankan tugas negara tidak bisa dibenarkan. Ini adalah perbuatan melanggar hukum dan ada sanksinya. Saya serahkan proses penyelidikan perkaranya ke pihak kepolisian,” kata Umi.
Direktur RSUD dr Soeselo Slawi Guntur Muhammad Taqwin mengatakan, proses pemakaman kasus suspek ini sudah sesuai prosedur, mulai dari persetujuan pihak keluarga sampai dengan pemulasaran jenazah yang menggunakan prosedur Covid-19. “Memang hasil pemeriksaan swab pada pasien H ini belum keluar, tapi hasil uji cepatnya reaktif dan gejala klinis mengarah kuat pada Covid-19. Guna mencegah agar tidak menular ke yang lain seandainya nanti hasil pemeriksaan spesimen swabnya positif, maka pemakaman pasien ini menggunakan prosedur Covid-19,” kata Guntur.
Guntur mengungkapkan, sebelumnya, pasien H mengalami gejala sesak nafas dan demam tinggi saat pertama kali masuk ke IGD, pada Senin (21/09/2020) malam sekitar pukul 23.38 WIB dan langsung mendapat penanganan dokter jaga. Saat dilakukan uji cepat, hasilnya reaktif. Esoknya, Selasa (22/09/2020) pagi sekitar pukul 08.00 WIB, pasien H meninggal dunia.
Sementara itu, Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Tegal Hendadi Setiaji membenarkan kejadian tersebut. Dari laporan yang ia himpun di lapangan, penanganan jenazah pasien suspek Covid-19 berinisial H tersebut sudah sesuai prosedur. “Saat Puskesmas Bumijawa menerima info dari rumah sakit ada pasien suspek dari Dukuh Sawangan, Desa Sigedong yang meninggal dunia, petugas kami lalu langsung mengabarkan kepada pihak keluarga dan meminta persetujuan pemakaman jenazahnya sesuai prosedur Covid-19. Setelah pihak keluarga sepakat, kami pun langsung berkoordinasi dengan Satgas Covid-19 Kecamatan Bumijawa, Satgas Covid-19 Desa Sigedong, dan tim relawan pemakaman Covid-19 dari PMI Kabupaten Tegal.
Saat ditanya tentang keterlibatan anggota keluarga H yang ikut memakamkan jenazah, Hendadi mengatakan, awalnya, pihaknya tidak mengagenda keterlibatan anggota keluarga pasien masuk di dalamnya karena tim pemakaman sendiri sudah terlatih dengan prosedur pemakaman Covid-19.
“Keterlibatan orang luar justru dikhawatirkan akan merepotkan tim itu sendiri. Namun, karena desakan dari pihak keluarga yang ngotot ingin terlibat di proses pemakamannya, maka petugas kami di lapangan pun mengalah dan mengalihkan pemakaian baju APD kepada dua orang anggota keluarganya, sehingga komposisi tim pemakaman berubah menjadi dua orang petugas rumah sakit, dua orang relawan PMI dan dua orang dari pihak keluarga,” ungkap Hendadi.
Ketika jenazah tiba di Dusun Sawangan sekitar pukul 13.30 WIB, lanjut Hendadi, sempat terjadi ketegangan dimana pihak keluarga meminta jenazah diturunkan terlebih dahulu di rumah duka, tetapi setelah diberikan pengertian oleh petugas Puskesmas Bumijawa, Satgas Covid-19 Kecamatan Bumijawa dan Satgas Covid-19 Desa Sigedong, dan tim pemakaman Covid-19 RSUD dr. Soeselo serta relawan PMI Kabupaten, akhirnya jenazah bisa langsung dibawa menuju TPU.
“Sebelum proses pemakaman, jenazah disholati terlebih dahulu oleh pihak keluarga dan warga dipimpin pemuka agama setempat dengan posisi jenazah masih di dalam mobil,” jelas Hendadi.
Sedangkan peristiwa naas terjadinya penganiayaan pada petugas pemakaman bermula dari kecerobohan AK (30), anggota keluarga keluarga yang terlibat di pemakaman, dimana tali tambang yang dipegang olehnya terlepas sehingga peti jenazah miring sebelah. Ketika anggota tim lain berusaha menyeimbangkan, AK justru langsung melompat masuk turun ke liang lahat dan berteriak “petinya dibanting seperti pemakaman bintang” sambil merusak dan membongkar peti jenazah tersebut.
Mendengar teriakan AK tersebut, seketika warga yang berkerumun di sekitar lokasi pemakaman dan jumlahnya diperkirakan sekitar 300-an orang langsung merangsek mendekat dan menyerang petugas pemakaman. Kendati sudah dilakukan pengawalan dari pihak Polsek dan Koramil setempat, namun karena jumlah warganya lebih banyak, penganiayaan kepada petugas seperti pemukulan pun tak bisa dihindari, termasuk pemukulan kepada anggota relawan PMI, pelemparan batu hingga perusakan kendaraan dinas operasional. Akhirnya, warga pun memakamkan jenazah dengan membuka peti pengaman serta lapisan plastik pembungkus jenazah di dalamnya.
Tidak berhenti di situ, gerombolan warga yang tampak beringas tersebut memblokade akses jalan keluar Dukuh Sawangan dengan menggunakan karung pupuk. Setelah dilakukan mediasi antara tim pemakaman dengan warga setempat dan keluarga H, didampingi aparat TNI dan Polri di rumah duka, warga pun akhirnya membuka blokade jalan setelah dilakukan pembacaan doa dan tahlil bersama.
Dari keterangan yang dihimpun lewat Humas RSUD dr. Soeselo Slawi, salah satu petugas pemakamannya, Ida, mengaku trauma dengan peristiwa tersebut dan bersyukur bisa selamat dari amukan sejumlah warga Dukuh Sawangan. Ida mengalami memar di kepala bagian belakang. Sedangkan Waras, mengalami benjol pelipis kanannya, kemudian memar di lutut kaki kanan serta luka lecet di pipi kanan. (Fh)
Discussion about this post