Tarub – Angka prevalensi stunting Kabupaten Tegal berdasarkan hasil elektronik pencatatan dan pelaporan gizi berbasis masyarakat atau EPPGBM berkurang 1,7 persen poin, dari 18,3 persen di akhir tahun 2023 lalu menjadi 16,60 persen pada pertengahan tahun 2024 ini.
Sedangkan berdasarkan hasil survei status gizi Indonesia atau SSGI selama tiga tahun terakhir, angka stunting Kabupaten Tegal berkurang 6,5 persen poin, dari 28 persen di tahun 2021 menjadi 22,3 persen di tahun 2022 dan 21,5 persen di tahun 2023 lalu.
Pemerintah Kabupaten Tegal terus berupaya mencapai target penurunan angka stunting nasional 14 persen di akhir tahun ini. Hal tersebut disampaikan Pj Bupati Tegal Agustyarsyah pada Peringatan Hari Keluarga Nasional (Harganas) ke-31 di Pendopo Kecamatan Tarub, Rabu (10/07/2024).
Pemkab Tegal melalui tim percepatan penurunan stunting (TPPS) di berbagai tingkatan tengah menjalankan aksi bersama intervensi serentak pencegahan stunting dengan melakukan pendataan, penimbangan, pengukuran, edukasi dan intervensi bagi seluruh calon pengantin, ibu hamil dan balita secara berkelanjutan.
Melalui aksi bersama pencegahan stunting ini Agustyarsyah optimis kasus baru stunting di Kabupaten Tegal dapat ditekan hingga nol kasus.
“Lewat intervensi serentak ini kita harus memastikan tidak ada lagi kasus baru stunting di Kabupaten Tegal, sehingga prevalensinya ke depan bisa kita tekan,” ujarnya.
Senada dengan itu, Kepala Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana (DP3A2KB) Kabupaten Tegal Khofifah menuturkan jika pihaknya bersama 7.720 kader posyandu dan 3.690 kader pembangunan manusia atau KPM serta ratusan kader kesehatan lainnya terus melakukan aksi nyata, salah satunya dengan menggelar Gebyar Posyandu untuk mensukseskan intervensi serentak percepatan penurunan stunting.
Dari kegiatan yang sudah berlangsung sejak bulan Juni lalu tersebut, sebanyak 102.366 balita atau 100 persen balita di Kabupaten Tegal berhasil masuk ke dalam data EPPGBM.
“Kami sudah memulai, melaksanakan intervensi serentak sejak bulan Juni 2024 lalu. Dari sini kami pastikan 100 persen calon pengantin, ibu hamil dan balita di Kabupaten Tegal sudah diperiksa, sehingga harapannya tidak ada lagi kasus stunting baru,” ujar Khofifah.
Menanggapi hal tersebut, Kepala Perwakilan BKKBN Provinsi Jawa Tengah Eka Sulistia Ediningsih memberikan apresiasinya atas pelayanan dan program inovatif jajaran Pemkab Tegal dalam mempercepat penurunan angka stunting.
Ada dua tugas besar dalam pembangunan keluarga, kependudukan dan keluarga berencana atau Bangga Kencana, yaitu menjaga penduduk tumbuh seimbang dan program pembangunan keluarga. Terkait keduanya, Kabupaten Tegal terkategori mampu menjaga penduduknya tumbuh seimbang dengan angka kelahiran 2,16 dari yang sebelumnya di angka 6.
Sementara untuk program kemajuan pembangunan keluarga dapat diukur dari Indeks Pembangunan Keluarga (iBangga) yang terdiri dari tiga dimensi, yakni ketenteraman, kemandirian, dan kebahagiaan.
“Dari ketiga indikator tersebut, Kabupaten Tegal sudah mencapai nilai yang cukup tinggi. Bahkan untuk indikator kebahagiaannya mencapai nilai 70,” ucapnya.
Eka juga menjelaskan sejumlah penyebab kondisi stunting pada bayi dan balita, antara lain imunisasi yang tidak lengkap, sanitasi yang tidak sehat, jarak kelahiran yang cukup dekat, tidak memberikan ASI ekslusif dan pola asuh yang tidak tepat, terutama dalam memilih, mengolah dan menyajikan makanan.
“Pola asuh tidak hanya dipahami oleh orang tua inti saja, tetapi juga harus dipahami orang tua pengganti seperti ART (asisten rumah tangga), nenek, kakek dan lain sebagainya,” pungkasnya.
Dalam kesempatan ini BKKBN Provinsi Jawa Tengah menyerahkan bantuan satu unit mobil operasional akseptor KB untuk Kabupaten Tegal. (EW/hn)
Discussion about this post