Upacara sedekah bumi di Waduk Cacaban Desa Karanganyar Kecamatan Kedungbanteng kembali digelar tahun 2017 ini, Kamis (19/10). Prosesi upacara sedekah bumi Cacaban diawali dengan upacara tradisi, doa dan pelarungan sedekah bumi Waduk Cacaban. Dengan menggunakan perahu, sedekah bumi berisi kepala kerbau, aneka jajan pasar, dan hasil bumi dilarung di waduk yang memiliki luas 928,7 hektare itu.
Hadir dalam acara tersebut, Sekda Kab. Tegal, dr. Widodo Joko Mulyono, M. Kes, MM, segenap Forkompimda Kab. Tegal, Camat Kedungbanteng, kepala desa, tokoh agama, masyarakat dan adat setempat serta warga di desa sekitar Cacaban.
Sedekah Bumi di Obyek Wisata Waduk Cacaban ini dilaksanakan setiap satu tahun sekali. Sedekah bumi ini merupakan bentuk rasa syukur kepada sang pencipta karena telah diberi hasil pertanian yang melimpah selain itu Sedekah Bumi sebagai bentuk rasa kebersamaan dan silaturahmi antar petani.
Sekda Kab. Tegal yang membacakan sambutan Bupati Tegal mengatakan bahwa ada tiga nilai universal yang terkandung didalamnya sehingga Sedekah Bumi Cacaban ini wajib diselenggarakan rutin setiap tahunnya. Pertama bahwa kegiatan ini menyadarkan kepada kita bahwa ada yang lebih berkuasa dalam menentukan hidup dan kehidupan ini beserta seluruh isinya yaitu Tuhan YME.
Kedua yaitu dengan kegiatan ini mengingatkan kita akan jasa-jasa para pendahulu yang telah mewarisi kondisi lingkungan alam dan kekerabatan sosial di kawasan sekitar Cacaban ini yang masih terbilang baik, tidak rusak. Ketiga penyelenggaraan Sedekah Bumi Cacaban yang merupakan hajatan bersama ini membawa kita pada arti pentingnya kekerabatan sosial.
Selain ketiga nilai universal tersebut Bupati Tegal juga menyampaikan pesan bahwa dirinya ingin Sedekah Bumi ini menjadi bagian dari program Pesona Indonesia untuk pariwisata Kabupaten Tegal. ” Bagaimana Wonosobo sukses menggelar “Dieng Culture Festival-nya”, Banyuwangi mendunia dengan “Banyuwangi Festival-nya” dan Mataram Lombok dikenal karena “Wisata Halal’-nya, maka Kabupaten Tegal lebih dikenal dengan wisata tradisi kebudayaannya” pungkasnya.
Discussion about this post