Slawi – Program Daerah Pemberdayaan Masyarakat Desa Mandiri (PDPM-DM) telah dilakukan oleh Pemerintah Kabupaten Tegal secara berkelanjutan. Hal ini dibuktikan dengan adanya pengadaan pembangunan sanitasi jamban sehat oleh pemerintah desa yang dibantu oleh Pemerintah Kabupaten Tegal bagi warga yang masih buang air besar secara sembarangan. Selain program tersebut juga terdapat Difabel Slawi Mandiri (DSM), salah satu program _Corporate Social Responsibility_ (CSR) yang digagas oleh Dinas Sosial (Dinsos) bersama Pemerintah Kabupaten Tegal. Kedua program tersebut telah berjalan sesuai harapan. Seperti yang terpantau oleh tim Humas Setda Kabupaten Tegal pada saat turun ke lapangan di Desa Kabunan pada Selasa (2/7).
“Alhamdulillah seiring dengan program Pemerintah Kabupaten Tegal tentang kesehatan kami, Desa Kabunan juga sudah melaksanan program berkaitan dengan kesadaran itu sendiri yaitu MCK. Tahun 2019 kami insyaa Allah ada 70 titik, kami rencanakan akan terbangun. Program ini bersumber dari Dana Desa (DD) sejumlah 60 unit.” Ujar Kepala Desa Kabunan, Chamdan. Adapun sisa 10 unit merupakan bantuan dari Pemerintah Kabupaten Tegal.
Program desa ini sejalan dengan program Pemerintah Kabupaten Tegal melalui PDPM-DM yang mengupayakan peningkatan derajat kesehatan masyarakat melalui penataan lingkungan permukiman kumuh serta pembangunan jamban keluarga sehat. Program ini bertujuan untuk menekan jumlah warga yang terkena diare di Kabupaten Tegal, seperti data BPS yang menyebutkan terdapat 57.952 orang.
Bukan hanya program pengadaan jamban sehat, pemerintah Kabupaten Tegal juga memberi perhatian khusus kepada penyandang difabel. Melalui Dinas Sosial mendirikan Difabel Slawi Mandiri (DSM) ya g ada di Kecamatan Adiwerna. Disana penyandang difabel diberikan berbagai macam pelatihan, seperti pelatihan menjahit, tata boga, dan pelatihan membatik. Selain itu, peserta juga diberikan motivasi dan pendampingan secara intensif.
“Tugas dari DSM ini memberdayakan teman-teman difabel (ya walaupun belum banyak karena jumlahnya yang cukup banyak), baru berkisar antara 15-20%.” Kata Ali Mahmudin, pendamping difabel. Ali menambahkan terdapat beberapa golongan penyandang difabel. Antara lain, tuna rungu, tuna daksa, tuna wicara, dan eks trauma yang dibimbing oleh para pendamping khusus DSM dari Dinsos Kabupaten Tegal.
Contohnya adalah Suraji (50), seorang supir truk yang pernah mengalami kecelakaan hingga akhirnya kakinya harus diamputasi sehingga dia mendapatkan bantuan kaki palsu. Berbeda hal dengan Suraji, Maryam (30) yang juga mengalami kecelakaan namun kakinya tidak diamputasi, mendapatkan motivasi, pelatihan mrnjahit dan membatik. Keduanya merupakan penyandang difabel yang berada dibawah naungan Dinas Sosial Kabupaten Tegal.
Discussion about this post