Slawi – Sejumlah remaja diajak memulai gaya hidup minim sampah untuk mengatasi isu persampahan yang kian pelik, khususnya plastik. Gerakan mengajak generasi muda untuk hidup seminim mungkin dengan sampah plastik dinilai bakal berdampak besar jika dilakukan secara konsisten oleh banyak orang.
Sekretaris Daerah Kabupaten Tegal Widodo Joko Mulyono mengatakan, salah satu pilar yang dibangun melalui gerakan Kabupaten Tegal Merdeka Sampah adalah menerapkan gaya hidup minim sampah. Hal tersebut disampaikannya saat membuka acara Sosialisasi Gaya Hidup Minim Sampah di Ruang Rapat Bupati Tegal, Rabu (8/12/2021) pagi.
Joko mengungkapkan, setiap individu warga negara memiliki tanggung jawab yang sama untuk mengendalikan produksi dan mengurangi sampahnya secara benar dan berwawasan lingkungan. Dari konsep tersebut diharapkan akan lahir gaya hidup baru minim sampah, terutama plastik kini paling banyak digunakan sebagai alat kemasan.
Pandemi Covid-19, sambung Joko, turut memicu lonjakan produksi sampah plastik karena untuk perlindungan makanan dan minuman dari kontaminasi virus. Namun di sisi lain, hal tersebut justru menciptakan ledakan baru volume sampah plastik yang masuk ke tempat pemrosesan akhir (TPA) sampah.
Meski demikian, Joko tetap mengajak peserta mengurangi penggunaan material plastik seperti kantong kresek untuk berbelanja, kemasan botol minuman plastik sekali pakai, hingga sedotan plastik.
“Jadilah pelopor perilaku sadar lingkungan dengan membawa tas belanja sendiri, membawa botol air mineral yang dapat digunakan kembali, membawa tempat makan yang bisa digunakan kembali. Usahakan pula untuk makan dan minum di tempat, tidak dibungkus dan dibawa pulang,” kata Joko.
Gaya hidup minim sampah tersebut kiranya harus digaungkan, dicontohkan dan dikampanyekan lewat media sosial dengan mengunggah status, pesan bergambar pilah sampah serta pesan-pesan lingkungan hidup lainnya.
“Setiap hari silahkan bisa unggah tips kebiasaan belanja maupun kuliner yang minim menghasilkan sampah. Dari ini, follower atau pertemanan ibu-ibu atau adik-adik di media sosial akan bisa melihat dan mempraktikaannya,” pesannya.
Sementara itu, Kepala Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Tegal Muchtar Mawardi mengatakan jika penggunaan material plastik sekali pakai sudah menjadi kebiasaan hidup masyarakat sekarang. Masyarakat cenderung abai dengan sisa sampah plastik yang dihasilkannya dan menyerahkan urusan penanganan sampah tersebut ke orang lain tanpa berpikir panjang terlebih berusaha menanganinya sendiri melalui konsep 3R (reduce, reuse, dan recycle).
Kebiasaan buruk yang berlangsung terus menerus dan diturunkan dari generasi ke generasi ini menjadikan volume sampah khususnya plastik semakin meningkat.
“Hampir semua masyarakat sekarang menghasilkan sampah plastik setiap harinya. Apalagi semenjak pandemi, penggunaan masker medis sekali pakai juga ikut menyumbang volume sampah yang masuk ke TPA,” tuturnya.
Muchtar pun mengungkapkan kondisi tempat pemrosesan akhir (TPA) sampah Penujah saat ini kondisinya sudah sangat mengkhawatirkan. Setiap harinya, 487 sampai dengan 500 ton sampah masuk TPA yang sudah mengalami over capacity sejak 2017 lalu.
Baca juga: Terkendala Alat Berat, Sampah di TPA Penujah Menggunung.
Edukasi tentang gaya hidup minim sampah ini pada gilirannya diharapkan menjadi salah satu cara menekan untuk menekan produksi sampah di Kabupaten Tegal di sektor hulu, termasuk pemilahan sampah dari rumah. (AD/hn)
Discussion about this post