Balapulang – Sambut pelaksanaan Gebyar Posyandu di bulan Agustus mendatang, Wakil Bupati Tegal sekaligus Ketua Tim Percepatan Penurunan Stunting (TPPS) Kabupaten Tegal Sabilillah Ardie menekankan perlunya pengukuran dan pendataan balita secara menyeluruh agar diperoleh data yang valid.
Data tersebut menjadi prasyarat intervensi, khususnya gizi spesifik pada balita stunting. Pesan ini disampikan Ardie saat menggelar Rapat Koordinasi (Rakor) Gebyar Posyandu di Kantor Kecamatan Balapulang, Kamis (21/07/2022) pagi.
Menurut Ardie, prevalensi angka stunting Kabupaten Tegal tahun 2021 cukup tinggi, mencapai 28 persen atau tertinggi kedua di Jawa Tengah setelah Wonosobo. Rasionya, lanjut Ardie, satu dari lima balita di Kabupaten Tegal mengalami stunting.
“Sehingga pada pelaksanaan Gebyar Posyandu ini, kita tidak perlu melakukan intervensi secara menyeluruh kecuali dua hal. Pertama, laksanakan program yang telah terjadwal dan terstruktur seperti pendampingan kepada calon pengantin, pemberian vitamin dan lain-lain. Kedua, fokuskan pada validasi data stunting,” katanya.
Saat ini, Pemkab Tegal telah menjalin kerja sama dengan Kementerian Kesehatan RI dan mendapat alokasi bantuan pengadaan alat antropometri sebanyak 100 set. Di luar itu, ada 150 set alat antropometri lagi yang akan didatangkan setelah mendapat konfirmasi dari pemeritah pusat.
“Saya berharap, 250 set alat antropometri ini sudah siap digunakan di awal Agustus nanti,” kata Ardie.
Saat ini, sambung Ardie, Pemkab Tegal telah menjalin kerja sama dengan 18 Koramil dan Polsek untuk membantu ketua TPPS kecamatan mengajak ibu-ibu bersama bayinya datang ke Posyandu.
“Mereka akan ditugaskan dan ditargetkan dalam satu wilayah kecamatan minimal 99 persen balita datang ke Posyandu. Silahkan berinovasi di Gebyar Posyandu ini karena yang kita harapkan adalah hasil yang maksimal, bukan lagi soal caranya bagaiman. Kita harus sama-sama sukseskan program nasional ini,” tegasnya.
Tak hanya itu, Ardie berharap pasca pendataan nanti, Dinas Kesehatan Kabupaten Tegal beserta jajarannya bisa mulai fokus pada pemenuhan kebutuhan calon bayi dan ibu hamil, bukan hanya balita atau badutanya saja. Dengan demikian, intervensi stunting sudah melekat sejak awal masa pertumbuhannya di dalam kandungan.
“Penurunan stunting ini penting untuk mencetak generasi kuat, sehat, dan pintar sebagai modal pembangunan sekaligus masa depan bangsa. Stunting ini bukan persoalan terhambatnya pertumbuhan fisik semata, tapi juga perkembangan organ vital seperti otak yang akan mempengaruhi kecerdasan,” tegasnya.
Menurut Ardie, Pemerintah Kabupaten Tegal menargetkan penurunan angka prevalensi stunting tahun ini bisa ditekan dari 28 persen menjadi 26 persen. “Kedepannya kita tidak melihat angka lagi, tapi sudah fokus pada masa depan dan tumbuh kembang anak,” tutupnya.
Sementara itu, Koordinator Penyuluh Keluarga Berencana Kecamatan Balapulang Muhammad Fauzan Ramon menjelaskan bahwa saat ini ada 187 anggota Tim Pendamping Keluarga (TPK) yang tersebar di seluruh wilayah Kecamatan Balapulang dan sudah mulai bekerja sejak Januari 2022 lalu.
“Peserta yang hadir hari ini sebanyak 51 orang. Jika ditanya terkait program khusus, kita masih mengikuti arahan dari Dinkes (Dinas Kesehatan). Soal pelatihan ke desa-desa memang belum ada, jadi kegiatan kita tingkatannya masih di level kecamatan. Mudah-mudahan pelaksanaan Gebyar Posyandu tahun ini berjalan sukses,” pungkasnya. (OI/hn)
Discussion about this post