Slawi – Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo mengajak masyarakat Jawa Tengah menerapkan ekonomi sirkular atau ekonomi berdaur dengan memaksimalkan nilai penggunaan suatu produk dan komponennya secara berulang, sehingga tidak ada sumber daya yang terbuang. Hal ini disampaikan Ganjar saat hadir di acara Peringatan Hari Lingkungan Hidup Sedunia di Taman Rakyat Slawi Ayu (Trasa), Selasa (04/07/2023).
Sistem kerja ekonomi sirkular ini adalah meminimalisir penggunaan sumber daya, sampah, emisi, dan energi yang terbuang dengan menutup daur atau siklus produksi hingga konsumsi untuk memperpanjang umur pakai produk. Caranya dengan menginovasi desain produknya, memelihara, menggunakannya kembali, remanufaktur, mendaur ulang ke produk semula (recycling) ataupun mendaur ulang menjadi produk lain (upcycling).
Sehingga dengan ini diharapkan bisa menjaga keberlanjutan dan kelestarian sumber daya alam dan lingkungan hidup untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
Menurutnya, momentum peringatan Hari Lingkungan Hidup ini adalah saat yang tepat bagi warga Jawa Tengah untuk bangkit dari keterpurukan masalah sampah plastik yang tak berkesudahan. Hal ini sejalan dengan tema yang diangkat, yakni solutions to plastic pollution atau solusi untuk polusi plastik.
Dia menjelaskan produksi sampah di Jawa Tengah sendiri mencapai 6,3 juta ton per tahun. Meski demikian, pihaknya optimis bisa meminimalisir sampah bantuan aktivis penggiat lingkungan di Jawa Tengah.
“Aktivis-aktivis inilah yang akan membantu mengedukasi masyarakat, terjun langsung dalam pengelolaan sampah agar memiliki nilai tambah dan nilai ekonomis,” kata Ganjar.
Melalui peringatan Hari Lingkungan Hidup ini diharapkan masyarakat semakin peduli dengan pengelolaan sampah. Ia juga mengajak masyarakat untuk tidak membawa keluar sampah organik dari lingkungan rumahnya, sebab sampah tersebut bisa dimanfaatkan sebagai pupuk organik. Sedangkan sampah anorganik dapat dijual atau diubah menjadi benda lain yang memiliki nilai ekonomi.
“Beberapa daerah sudah menerapkan aplikasi pengelolaan sampah. Dan ini yang perlu kita dorong sehingga menjadi kekuatan yang efektif untuk menyelesaikan masalah sampah ini,” ungkapnya.
Senada dengan itu, Bupati Tegal Umi Azizah mengungkapkan jika salah satu komunitas peduli lingkungan di Kabupaten Tegal telah mengembangkan aplikasi pengelolaan sampah Weskini atau warung edukasi sampah kekinian, besutan CEO PT Weskini Lestari Indonesia, Trias Setiaji. Pengembangan aplikasi penjemputan sampah anorganik ini disupport oleh perusahaan startup digital PT Kasyr Sibernetika Indonesia.
Tak hanya itu, komunitas warga di beberapa desa di Kabupaten Tegal juga sudah menerapkan pengelolaan sampah organik yang selesai di unit lingkungan terkecil rumah tangga melalui pembuatan komposter. Sementara sampah anorganik dipilah untuk dijual maupun dimanfaatkan kembali.
“Mudah-mudahan melalui peringatan ini, gerakan bank sampah sebagai pelopor edukasi lingkungan ke masyarakat mampu menggugah kesadaran dan mendorong perubahan perilaku memilah sampah, termasuk mengawal program Desa Merdeka Sampah,” ujar Umi.
Sejak diluncurkan tahun 2021 lalu, setidaknya kini ada empat desa dari 121 desa yang sudah terkategori mandiri dalam mengelola sampahnya. Desa-desa ini memanfaatkan alat pencacah dan pemilah sampah otomatis untuk membantu proses pengolahan sampah seperti Desa Lebaksiu Kidul, Bogares Kidul, Mangunsaren, dan Mejasem Timur. Selain itu juga ada desa yang mendapatkan bantuan tempat pembuangan sementara sampah (TPS) 3R dari Kementerian PUPR di tahun 2022 seperti Desa Kalisoka, Kalibakung, Kaliwungu, dan Lebakgowah.
“Tantangan terberat kita saat ini merubah perilaku masyarakat mengelola sampahnya. Sehingga menculnya komunitas bank sampah sangat membantu mengedukasi masyarakat agar lebih bertanggungjawab pada lingkungannya,” tutupnya.
Pada kesempatan ini disalurkan bantuan dari Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan (DLHK) Provinsi Jawa Tengah kepada 12 penerima manfaat, antara lain DLH Kabupaten Tegal berupa bantuan fasilitasi bibit tanaman untuk ruang terbuka hijau senilai Rp 134 juta dan kelompok swadaya masyarakat (KSM) Desa Penusupan berupa hibah sumur resapan senilai Rp 75 juta.
Sejumlah rangkaian kegiatan yang digelar di acara ini adalah penanaman pohon gaharu, kayu manis dan kluwak, pameran lingkungan hidup, talkshow dan penyerahan piagam program Adiwiyata ke 150 sekolah di Jawa Tengah. Sebelumnya, peringatan Hari Lingkungan Hidup ini sudah dimulai dengan kegiatan bersih-bersih sungai, sosialisasi serta konservasi tanah dan air, uji emisi kendaraan hingga pameran edukasi lingkungan hidup. (EW/hn)
Discussion about this post