Slawi – Kaum muda tidak hanya sekadar membutuhkan lapangan kerja, tetapi juga bagaimana mereka bisa bekerja dengan kondisi yang layak. Sehingga mempersiapkan tenaga kerja terampil yang siap berwirausaha dan bersaing di pasar kerja menjadi hal yang terus diupayakan pemerintah. Pernyataan ini disampaikan Bupati Tegal Umi Azizah saat membuka Pendidikan Kecakapan Hidup (PKH) dan Pendidikan Kecakapan Kerja (PKK) pada Lembaga Kursus dan Pelatihan (LKP) Pendidikan Formal dan Informal di Aula Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Dikbud) Kabupaten Tegal, Kamis (05/10/2023).
Bupati Umi mengungkapkan, penciptaan lapangan kerja di sektor formal baik oleh pemerintah maupun swasta selalu tidak sebanding dengan pertumbuhan angkatan kerja setiap tahunnya. Sementara minat generasi muda bekerja di sektor formal menjadi pegawai, karyawan ataupun buruh masih cukup tinggi.
Hal tersebut menimbulkan sejumlah persoalan, seperti pengangguran hingga pratik percaloan tenaga kerja. Meski demikian, mereka yang ingin bekerja dan rela mengeluarkan sejumlah uang untuk membayar calo tidak sedikit jumlahnya, termasuk yang kemudian menjadi korban penipuan.
“Ada kasus penipuan rekruitmen buruh pabrik oleh calo yang meminta uang panjar supaya bisa masuk kerja di pabrik, tapi nyatanya mereka diprank, tidak disalurkan kerja ke pabrik,” ujar Umi.
Faktor lain yang tidak kalah pentingnya adalah ketiadaan atau kurangnya keterampilan yang dimiliki lulusan sekolah menengah atas (SMA) ataupun kejuruan yang masuk angkatan kerja. Sehingga pihaknya melalui Dinas Dikbud Kabupaten Tegal menggandeng Lembaga Kursus dan Pelatihan (LKP) untuk membekali lulusan SMA reguler dan kejuruan usia 15-25 tahun yang masih menganggur dengan sejumlah keterampilan seperti pengoperasian komputer, menjahit, memasak, rias pengantin dan otomotif.
Meski demikian, Umi meminta pendidikan di LKP tidak hanya sekedar memberikan pelatihan hard-skill, tapi juga soft-skill untuk melatih calon tenaga kerja supaya mereka siap menghadapi kultur kerja yang berbeda, dengan kedisiplinan dan keteraturan kerja serta tekanan lingkungan kerja yang bisa saja membuatnya tidak nyaman.
“Bekali dan motivasi peserta pendidikan kecakapan ini untuk berwirausaha, sehingga mereka tidak berpangku tangan hanya mengharapkab bisa bekerja di sektor formal,” tandasnya.
Dirinya pun menekankan, output program pendidikan kecakapan LKP ini tidak sekedar peserta mendapatkan ijazah atau sertifikat keahlian, akan tapi keterampilannya tidak seragam. Jika belum mahir, jangan diluluskan dulu, tapi diakselerasi atau diberi waktu tambahan sampai mereka benar-benar terampil, sebab kemampuan atau daya tangkap setiap orang itu berbeda-beda.
Sementara itu, Kepala Dinas Dikbud Kabupaten Tegal Fakihurrokhim mengatakan program ini merupakan layanan pendidikan dan pelatihan yang berorientasi pada pengembangan keterampilan kerja. Melalui program ini, peserta akan memiliki kompetensi di bidang keterampilan tertentu yang sesuai dengan peluang kerja.
“Dari sini diharapkan bisa mencetak lulusan sekolah yang siap kerja dan berdaya saing di perusahaan, di dunia industri manufaktur, jasa, dan rumahan,” katanya.
Fakih mengungkapkan, pendidikan kecakapan ini diikuti oleh 198 peserta yang terdiri dari 95 orang program PKH dan 84 orang program PKK. Secara rinci, peserta pelatihan menjahit diikuti oleh 55 orang, operator komputer 65 orang, otomotif 20 orang, tata rias pengantin 20 orang, dan tata boga 19 orang.
Adapun jumlah LKP yang bermitra dengan pihaknya kali ini ada 19 lembaga. Sedangkan total anggaran pelatihan kecakapan ini mencapai Rp358 juta yang seluruhnya berasal dari pendanaan APBD Kabupaten Tegal Tahun 2023. (EW/hn)
Discussion about this post