Slawi – Temuan fragmen fosil mandibula atau tulang rahang bawah kera raksasa atau Gigantopithecus di situs Semedo oleh warga lokal menjadi hal fenomenal di dunia arkeologi nasional. Sebab, fosil primata terbesar yang pernah hidup di muka bumi ini untuk pertama kalinya ditemukan secara tidak sengaja di sebuah toko obat herbal di Hong Kong pada tahun 1935 oleh G.H.R von Koenigswald dan kini fosilnya juga ditemukan di Kabupaten Tegal.
Von Koenigswald adalah seorang paleontolog dan geolog berkebangsaan Jerman-Belanda yang kemudian menamai species dalam genus kera ini sebagai Gigantopithecus blackie.
Informasi tersebut mengemuka saat berlangsung siniar atau podcast Loken Humas Pemkab Tegal bersama narasumber Kepala Unit Museum Situs Semedo Gatut Eko Nurcahyo, Selasa (08/10/2024) malam.
Fragmen fosil Gigantopithecus di Semedo sendiri untuk pertama kalinya ditemukan Dakri, warga desa setempat pada tahun 2014 di mana sebelumnya ia juga menemukan fosil bagian tengkorak kepala Homo erectus di tahun 2011. Penemuan kedua fosil Gigantopithecus di lokasi yang berbeda terjadi tahun 2022 oleh Susworo, warga desa setempat.
Kedua temuan fosil ini mengundang perhatian banyak ilmuwan, termasuk salah satunya Dr Sofwan Noerwidi yang kini menjabat Kepala Pusat Riset Arkeometri Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN). Dialah yang pertama mengawali identifikasi temuan fosil ini dengan melakukan kajian morfologi dan morfometri sehingga ditemukan adanya kesamaan pada fosil Gigantopithecus temuan von Koenigswald.
Menurut Gatut, riset tentang fosil kera yang tingginya hingga tiga meter ini bahkan dilakukan sampai ke Jerman dan masih terus berlangsung hingga sekarang. Hasil riset lanjutan secara komprehensif baru akan dirilis tahun 2025.
Selanjutnya, guna memudahkan penyebutan Gigantopithecus oleh kalangan publik, Gatut mempersilahkan masyarakat menamakannya dengan istilah si Ophit atau batire Ophit. Penyebutan ini merupakan bagian dari upaya pihaknya mengenalkan kera raksasa kepada publik agar lebih familiar, selain menciptakan sosok ikonik dan fenomenal asal Desa Semedo, Kabupaten Tegal.
Si Ophit dikatakan fenomenal karena tempat ditemukannya berada di luar habitat aslinya di Tiongkok Selatan yang beriklim sub tropis. Sehingga bisa saja si Ophit adalah primate yang bermigrasi dari Cina ke wilayah tropis, atau adanya kemungkinan lain si Ophit sudah hidup di Semedo sejak masa pleistosen awal hingga tengah.
“Kabupaten Tegal ini punya warisan sejarah yang luar biasa dan patut dibanggakan. Sehingga dengan hadirnya si Ophit ini silahkan mau dibawa ke mana Gigantopithecus ini. Maka inilah konsep reimajimasi warisan budaya yang kita bawa lewat gelaran Pemeran Temporer Gigantopithecus Expo 2024 Wanara Seba,” ucapnya. (AD/hn)
Discussion about this post