Slawi – Menjelang Tahun Baru Imlek 2571 yang jatuh pada 25 Januari 2020 mendatang, salah satu Klenteng di Slawi yaitu Hok Ie Kiong mulai mempercantik diri. Hiasan dan pernak-pernik warna merah mulai dari lilin, angpau hingga lampion menghiasi bangunan Klenteng yang sudah berusia 105 tahun itu. Ya, tak banyak yang tahu memang, usia Klenteng Hok Ie Kiong Slawi itu.
Klenteng yang berlokasi di pusat kota Slawi atau di Jalan Jenderal Ahmad Yani No. 18 Slawi ini ternyata sudah berusia ratusan tahun. Berdasarkan hasil wawancara dengan pengurus Klenteng Hok Ie Kiong Paulus Apau Tanujaya pada Kamis (23/1) menyampaikan bahwa Klenteng Hok Ie Kiong sudah ada sejak tahun 1915 silam. Hal itu dibuktikan dengan sebuah papan yang bertuliskan tahun 1915 menggunakan bahasa Belanda dan sebuah prasasti yang menuliskan nama-nama donatur pembangunan klenteng tersebut.
Arti dari Klenteng Hok Ie Kiong sendiri menurut Paulus diartikan sebagai istana yang memancarkan keberuntungan. “Nama klenteng asli dari dulu, ada di prasasti yang kita temukan,” papar Paulus. Namun, Paulus menyayangkan segi keaslian pada bangunan klenteng tersebut, pasalnya klenteng yang mempunyai jemaat sekitar ratusan itu sudah mengalami 3 kali renovasi. Artinya, sudah tidak ada bangunan yang asli. Meskipun demikian, masih terdapat barang yang orisinil atau asli sejak klenteng berdiri salah satunya patung dewa-dewi, ukiran hingga lukisan.
Seperti klenteng pada umumnya, Klenteng Hok Ie Kiong kaya akan simbol atau ornamen yang berhubungan dengan kepercayaan aliran Budha, Tao dan Konfusianisme. Misalnya, atap klenteng berhiaskan sepasang naga sedang memperebutkan matahari. Naga dalam mitologi Tionghoa merupakan binatang yang melambangkan keadilan, kekuatan dan penjaga barang-atang suci.
Ada yang menarik saat memasuki salah satu ruangan di klenteng ini, yaitu terdapat lukisan dinding Gus Dur atau Abdurrahman Wahid. Ternyata Paulus sangat mengidolakan tokoh itu. Mengapa tidak, karena Presiden Indonesia ke-4 ini telah banyak berjasa bagi masyarakat Tionghoa. Berkat jasa Gus Dur lah agama Khong Hu Cu sejajar dengan etnis lain di Indonesia. Bahkan Gus Dur pun yang mencetuskan Perayaan Imlek sebagai hari libur nasional.
“Etnis kita diberi ruang yang sama dengan agama-agama lain. Karena sebelumnya kita dimarjinalkan oleh Order Baru baik dalam beribadah hingga perayaan Imlek tiba,” tutur Paulus.
Saat perayaan ke 100 tahun Klenteng Hok Ie Kiong pada tahun 2015 lalu, klenteng tersebut merayakan dengan hal yang berbeda. Yaitu, merayakan dengan mengundang ulama terkenal Muhammad Luthfi bin Yahya serta tokoh ulama Tegal KH. Khambali Usman. Perayaan itu dihadiri oleh banyak tokoh dan lintas agama. “Mulai dari situ saya memulai membuka diri. Artinya klenteng ini boleh didatangi oleh siapapun tidak hanya untuk masyarakat Tionghoa,” pungkasnya.
Tak tanggung-tanggung, dari perayaan 100 tahun tersebut. Klenteng Hok Ie Kiong Slawi sebagai pencetus Forum Silaturahmi Nusantara (FSN) Kabupaten Tegal. Bahkan kantor sekretariat FSN pun berada pada klenteng tersebut. Dengan adanya FSN, Paulus berharap timbulnya kebersamaan, persatuan supaya Indonesia khususnya Kabupaten Tegal tidak mudah dipecah belah hingga diadu domba.
Dengan adanya kebersamaan yang sudah terjalin, Paulus mengharapkan tidak terjadi diskriminasi agama. Perayaan Imlek tahun ini, Paulus juga menginginkan masyarakat antusias dan bekerjasama dengan agenda tahunan yang sudah disiapkan oleh klenteng. Adapun kegiatan perayaan Imlek Klenteng Hok Ie Kiong Slawi diawali sejak 10 Januari hingga 24 Februari 2020 mendatang.(OI)
Discussion about this post