Slawi – Penyebab meninggalnya seorang warga Desa Karangjambu Kecamatan Balapulang di RSUD dr. Soeselo hari Minggu (29/3) kemarin belum bisa dipastikan karena masih harus menunggu hasil uji laboratorium. Pernyataan ini disampaikan oleh Direktur RSUD dr. Soeselo Slawi dr. Guntur Muhammad Taqwin di ruang kerjanya hari Rabu (1/4) pagi ini.
Sebelumnya ramai diperbincangkan di masyarakat jika kematian pasien laki-laki berusia 36 tahun tersebut karena infeksi Covid-19. Hal ini terjadi lantaran pasien tersebut termasuk kategori Orang Dalam Pantauan (ODP) karena baru datang dari Jakarta seminggu sebelumnya. “Saat datang ke rumah sakit, langsung kita tetapkan statusnya sebagai ODP karena dari tracking diketahui pasien baru datang dari Jakarta”, katanya.
Guntur menuturkan, jika ada pasien dengan gejala klinis seperti demam tinggi dan memiliki riwayat perjalanan dari wilayah zona merah, maka protokol kesehatannya secara otomatis menempatkan yang bersangkutan sebagai ODP. “Pasien tersebut datang ke IGD dengan kondisi demam dan tensi tinggi. Sebelum meninggal, pasien sempat mengalami penurunan kesadaran dan keluar pendarahan dari mulut dan hidung”, jelasnya.
Guntur pun mengungkapkan, sejak kedatangannya di ruang isolasi IGD, pasien ini akan dipindahkan ke ruang isolasi ICU. Namun karena penuh, sudah terisi pasien Pasien Dalam Pengawasan (PDP), oleh dokter jaga IGD, pasien dipindahkan ke ruang isolasi Palm. “Saat di ruang isolasi Palm inilah pasien mengalami henti jantung sehingga oleh tim medis dilakukan tindakan resusitasi jantung paru-paru dengan pemberian oksigen dan obat-obatan emergency, namun tetap tak tertolong”, tuturnya.
Untuk mengantisipasi kemungkinan terburuk, tim dokter pun telah mengambil sampel lendir tenggorokan pasien dan mengirimkannya ke laboratorium kesehatan di Yogyakarta. Sementara untuk pengurusan jenazahnya, pihaknya telah menerapkan standar operasional prosedur penanganan jenazah pasien terkonfirmasi positif Covid-19.
“Pada kasus ini, kita terapkan prosedur penanganan Covid-19 sebagai antisipasi kemungkinan terburuk pasien terpapar virus Corona, meskipun jika dilihat dari gejala klinisnya, kematian pasien lebih disebabkan komplikasi penyakit seperti jantung ataupun stroke yang memicu pecahnya pembuluh darah, termasuk TB paru karena dari penelusuran kami ke keluarganya, ada riwayat pasien untuk pengobatan penyakit ini”, katanya.
Guntur pun menghimbau agar masyarakat tetap tenang dan tidak perlu menstigma pasien ini meninggal karena terinfeksi Covid-19 karena memang hasil tesnya belum keluar. Sikap waspada dalam situasi seperti ini, kata Guntur, sangat diperlukan karena potensi berpindahnya virus dari kota besar ke desa-desa cukup besar seiring dengan meningkatnya arus mudik, kepulangan warga ke kampung halamannya.
“Sepanjang warga disiplin menerapkan protokol kesehatan, seperti menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat, tidak bersentuhan secara fisik, menjaga jarak aman minimal satu hingga dua meter dengan siapa pun, entah itu dengan anggota keluarga, teman ataupun tetangga, terlebih mereka yang baru datang dari zona merah, tentunya tidak perlu panik”, katanya.
Discussion about this post