Dukuhwaru – Di era revolusi industri 4.0 ini tidak banyak anak muda yang mau bertani. Salah satu alasan klasik yang mengemuka adalah keterbatasan lahan. Namun lain halnya dengan Fakhrur Al Izza (27). Pemuda ini justru mampu mengolah lahan seluas 250 meter persegi untuk budidaya melon golden alisha. Sekali panen, ia bisa memetik 500-600 buah dengan omset penjualan mencapai Rp 21 juta.
Apresiasi pun datang dari Bupati Tegal Umi Azizah saat meninjau green house, tempat Fakhrur membudidayakan melon secara hidroponik di Desa Kabunan, Kecamatan Dukuhwaru, Kamis (19/08/2021) pagi.
Di hadapan orang nomor satu di Kabupaten Tegal ini Fakhrur mengaku tertarik menanam melon varietas Golden Alisha karena peluang pasar tanaman holtikultura tersebut cukup tinggi dan harganya stabil.
Selain cita rasanya yang manis, melon hibrida ini termasuk jenis buah premium yang banyak dijual di supermarket. Masa panennya pun terbilang singkat, sekitar dua bulanan. Untuk satu kilogram melon Alisha ini Fakhrur membandrolnya dengan harga Rp 25 ribu.
Meski baru merintis, Fakhrur sudah mampu mengakses pasar penjualan buah premium ke supermarket. Selain itu, ia juga memiliki pelanggan dari berbagai tempat di Kabupaten Tegal.
“Alhamdulillah, antusias pelanggan masih tinggi di tengah pandemi ini. Saya juga menjualnya lewat media sosial, lewat status Whatsapp, Facebook maupun Instagram dengan sistem pre order. Jadi pembeli bisa pesan jauh-jauh hari sebelumnya dan ketika panen tiba mereka bisa memetik langsung di kebun,” jelasnya.
Fakhrur menambahkan, bagi warga yang hendak memesan melon berwarna kuning pekat ini dapat menghubungi nomor telepon 082138048886 atau melalui akun instagram dan facebook miliknya @Fakhruralizza.
Sementara itu, Bupati Tegal Umi Azizah menuturkan sektor pertanian merupakan ladang usaha yang tidak ada matinya. Pasalnya, semua orang membutuhkan asupan makanan termasuk buah-buahan untuk kelangsungan hidup.
“Saya senang dan bangga ada pemuda yang berminat terjun ke pertanian. Dengan bekal kreatifitas dan pemanfaatan platform digital, mas Fakhrur ini terus mengukir pasarnya,” kata Umi.
Ia pun berharap akan ada lebih banyak pemuda seperti Fakhrur yang memiliki semangat tinggi berusaha di sektor pertanian. Terlebih, adanya keterbukaan informasi dan akses pasar digital melalui marketplace dan media sosial menjadi ruang bagi petani millenial menjangkau pelanggannya lebih luas lagi. Tidak terbatas pada pasar konvensional, apalagi tengkulak.
Konsep agrobisnis yang diterapkan Fakhrur adalah nilai tambahnya. “Ada sensasi tersendiri saat memetik buah ataupun sayuran dari kebun. Kita bisa berselfie dan mengunggahnya ke medsos. Sementara bagi pelaku usaha, ini adalah potensi bisnis wisata agro dan promosi sukarela dari para pelanggannya,” pungkas Umi. (OI/hn)
Discussion about this post