Slawi – Peran organisasi keagamaan Majelis Ulama Indonesia (MUI) dipandang memiliki kekuatan dan pengaruh yang kuat di masyarakat muslim, di mana para ulama sebagai tokoh agama di dalamnya diharapkan mampu memberikan pendidikan politik terkait pemilu kepada umatnya dengan mengedepankan spirit agama yang penuh kasih sayang, mencerdaskan, dan memperkuat nasionalisme, disamping memberikan keteladanan sikap yang baik.
Hal tersebut diungkapkan Bupati Tegal Umi Azizah saat membuka acara Halaqoh Ulama MUI Kabupaten Tegal di Hotel Grand Dian Slawi, Kamis (02/11/2023).
Umi menuturkan bahwa jumlah penduduk muslim di Kabupaten Tegal berdasarkan data Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil (Disdukcapil) tahun 2022 mencapai 1,69 juta jiwa atau setara 99,5 persen. Sehingga bisa dikatakan, kontribusi umat Islam dalam perkembangan demokrasi di Kabupaten Tegal ini sangat besar.
Namun dibalik ini semua, ada potensi sentimen agama yang kembali terulang pada Pemilu 2024 mendatang karena adanya tarik menarik kepentingan dan polarisasi politik, terlebih jika Pemilu nanti berjalan dua putaran.
Dirinya pun memandang, keterbelahan atau polarisasi dari preferensi politik berdasarkan sentimen agama ini lebih berbahaya ketimbang polarisasi karena isu-isu publik seperti tenaga kerja asing, investasi asing, hutang luar negeri, pupuk bersubsidi, harga pangan pokok, dan lain sebagainya.
“Pemilu 2024 nanti bukan sekedar ajang kontestasi semata, atau ajang perebutan kekuasaan, tetapi sekaligus juga momentum untuk menguatkan persatuan dan kesatuan bangsa dan pemuka agama memiliki peranan penting dalam menyerukan pemilu damai,” ujarnya .
Sehingga peran ulama di jelang pemilu ini perlu ditingkatkan, karena perbedaan pilihan politik seringkali membuat masyarakat terpecah dan ini harus bisa antisipasi. Termasuk nantinya jika ada dakwah bernada kebencian yang disuarakan sekelompok kecil orang yang tidak bertanggung jawab dengan membawa sentimen agama di dalamnya, maka harus diantisipasi dengan dakwah kebangsaan.
Ini penting untuk mencegah keretakan sosial yang kalau dibiarkan akan membuat keadaban dan kesantunan masyarakat menurun. Untuk itu, Umi mengajak para pemuka agama bersama-sama mengingatkan masyarakat bahwa kerukunan umat adalah yang utama.
“Seruan pemilu damai ini saya rasa tidak hanya dilakukan di mimbar keagamaan, tapi juga melalui media sosial. Sebab, arus ujaran kebencian dan hoaks sangat cepat menyebar di media sosial sehingga ulama bisa menjadi subyek dalam literasi media,” pungkasnya.
Terkahir, selain berperan menjaga keutuhan masyarakat, MUI sebagai mitra pemerintah diharapkan tetap independen, tidak boleh masuk dalam wilayah politik praktis. Sebab politik MUI adalah politik kenegaraan, politik nilai di mana ini harus menjadi panduan seluruh jajaran di MUI untuk kemudian juga disampaikan ke umat.
“Berpolitik itu harus dilakukan sesuai akhlak dan adab. Tidak boleh saling menjelekkan, harus saling memuliakan, tidak boleh mencederai satu sama lain, dan tetap saling menguatkan persatuan dan kesatuan serta keselamatan bangsa dan negara,” tegasnya.
Menanggapi hal tersebut, Ketua MUI Kabupaten Tegal Tubagus Fahmi mengajak masyarakat untuk memilih pemimpin yang paling sedikit kejelekannya. Hal itu dimaksudkan agar terpilih pemimpin yang bisa membawa kesejahteraan bagi masyarakat.
“Semua calon baik caleg atau capres adalah putra putri terbaik daerah dan bangsa. Kalau ada yang berpendapat semua calon itu jelek semua, maka carilah yang kejelekannya paling sedikit,” ujarnya. (EW/hn)
Discussion about this post